[Cerita Anak] Tata dan Tas Barunya
Pada siang yang mendung ini, rumah Tata berubah riuh. Nyaring tangis bocah kelas tiga SD itu terdengar sampai ke pekarangan rumah. Tak ada yang bisa menghentikannya, bahkan ibunya tampak kewalahan.
“Pokoknya aku mau beli tas baru seperti milik Adel!” Pekik Tata di sela isaknya.
Semenjak pulang dari bermain dengan Adel, bocah kelas tiga SD itu merengek minta dibelikan tas baru. Akan tetapi, ibu menolaknya dengan halus. Tasnya masih sangat bagus, belum perlu diganti. Terlebih saat ini masih dalam suasana pandemi dan belum diperbolehkan untuk sekolah tatap muka. Apabila membeli tas baru, maka akan sia-sia karena jarang digunakan.
Anak itu memang seringkali menginginkan barang yang sama seperti temannya. Padahal belum tentu dia membutuhkannya. Ibu selalu memberinya pengertian dengan lembut, tapi putrinya tetap bersikukuh dengan kemauannya.
“Aku cuma mau seperti teman yang lain. Mereka punya tas baru, kenapa aku tidak?” seru bocah itu lagi.
Ibu menghela putrinya itu untuk duduk di kursi, lalu memeluknya penuh kasih.
“Nak, tidak semua yang dimiliki orang lain harus kita punyai. Mungkin saja Adel membeli tas baru karena tas lama miliknya rusak. Sedangkan tas Tata masih bagus. Lebih baik uangnya ditabung atau untuk membeli barang lain yang lebih kamu butuhkan.”
Bocah itu kembali terisak karena merasa keinginannya tak akan dipenuhi. Namun, tiba-tiba Rara, kakak Tata berseru dari kamarnya, “Ta, kamu mau tas yang lebih bagus dari milik Adel tidak? Kita bisa membuatnya sendiri loh.”
Baca juga: [Cerita Anak] Pesawat Mimpi
Rara mendekat sambil membawa smartphone-nya yang menampilkan buku digital. Buku itu ia pinjam secara daring lewat aplikasi perpustakaan digital. Dalam buku itu terdapat berbagai macam gambar barang daur ulang plastik dan cara membuatnya. Ada tas, celengan, vas bunga, tempat sampah, bahkan mainan.
“Kebetulan sekali, di belakang rumah ada banyak botol plastik bekas,” kata ibu dengan senyum mengembang.
Ibu kembali dengan sekarung botol plastik bekas. Tak hanya itu, ibu juga membawa alat dan bahan sisa prakarya Rara di sekolah, seperti cutter, gunting, lem, cat kayu, kain perca, kertas busa glitter, manik-manik, dan kertas hias berwarna. Melihat itu, Rara sangat senang. Ia akhirnya bisa mencoba membuat berbagai kerajinan tangan yang tertulis di buku.
Rara dengan semangat mulai berkreasi. Hari ini ia ingin membuat vas beserta bunga plastik untuk menghias kamarnya. Dengan dibantu ibu, ia mulai memotong botol dan mempersiapkan bahan lain untuk hiasan.
Melihat kakak dan ibunya sibuk membuat prakarya, Tata yang masih terisak berubah menjadi penasaran. Bocah itu pun ikut bergabung, meskipun masih malu-malu.
“Kamu mau buat apa, Ta?” Tanya Rara, “mau buat tas ya? Bisa kok! Sini kakak tunjukan caranya.”
Sepasang kakak beradik itu akhirnya sibuk membuat karyanya masing-masing. Saat mencoba menggunting atau mengelem menggunakan lem tembak, Tata meminta bantuan ibu. Rara juga tak sungkan untuk membantu sang adik saat hasil karyanya sudah selesai. Suasana berubah ceria, tak terdengar lagi tangis Tata.
Setelah dua jam, akhirnya hasil kreasi keduanya jadi juga. Rara dengan vas bunga yang begitu cantik, sedangkan Tata dengan tas tangan yang unik. Bentuknya kecil tapi berwarna-warni dan gemerlap karena dihias dengan kertas busa glitter. Keduanya tersenyum puas melihat hasil tangan mereka.
“Lebih bagus tas milik Adel atau milikmu Ta?” Ledek Rara yang mendapati adiknya menatap tas buatannya penuh kekaguman.
“Tentu bagus punyaku dong, Kak! Tas ini tidak beli, tapi buat sendiri,” ujarnya bangga. “Bahkan kata ibu dengan membuat kerajinan seperti ini, artinya kita mencintai lingkungan. Aku sudah melakukan… hmm, apa tadi, Bu namanya?”
“Daur ulang, Nak.”
“Yah, daur ulang! Aku sudah melakukan daur ulang, supaya sampah plastik tidak bertambah banyak. Aku hebat kan, Kak?”
Rara dan ibu tertawa melihat Tata yang begitu senang dan bangga dengan hasta karyanya.
“Besok lagi aku mau membuat barang lain dari plastik bekas. Aku akan mengajak teman-teman juga!”
Sore harinya, Tata bermain dengan Adel serta temannya yang lain. Saat anak itu menunjukan tas miliknya, semua teman tampak kagum dan ingin membuat kerajinan serupa. Tata senang sekali dibuatnya. Ia bisa berkarya sekaligus mengajak teman-temannya untuk menjaga lingkungan.
Cerita anak ini telah dimuat di Kedaulatan Rakyat pada hari Jumat, 10 Desember 2021