“Mengapa saya harus ngeblog?” Rasa-rasanya pertanyaan itu harus saya tanyakan paling tidak setahun sekali. Yah, dengan mood menulis saya yang naik turun, membuat blog ini lama-lama berdebu. Bahkan saya nggak
“Mengapa saya harus ngeblog?” Rasa-rasanya pertanyaan itu harus saya tanyakan paling tidak setahun sekali. Yah, dengan mood menulis saya yang naik turun, membuat blog ini lama-lama berdebu. Bahkan saya nggak
Kamu adalah padi makin merunduk, makin berisi asam, manis, dan asin sejak biji dan sekarung imaji mengunung di balik punggungmu Dirimu telah menguning menanggalkan hijau segar dan semangat yang berkobar
Seperti udara, aku tak tampak oleh mata tajam sang elang yang mencari mangsa baru di antara ilalang yang menjulang Hadirku begitu semu, bagai angin lalu menyaru bersama embus napas daun
Kamu suka ke perpustakaan untuk baca dan pinjam buku? Saya juga melakukannya. Saat masih kuliah, saya sering mampir ke perpustakaan kota. Di sana terdapat banyak buku yang ‘saya banget’. Tak
Reni duduk melipat kakinya sembari melihat ke arah timur sambil meneropong. Beberapa kali ia menggeleng tak yakin. Bocah itu mendengus kesal karena tak menemukan hal yang dicarinya. Ia membanting teropongnya
Seorang bocah bertanya pada gemerlap lampu kota mengapa ibu memilih bergelung dalam hangatnya kelopak bunga? menanggalkan belahan hati dan pekik serapah penikmat cerita Air dalam kolam telah mengering Namun luka
Apakah aku salah bila tetap mengharap kepulan asap pada kopi dingin? hangatnya kurindu memeluk sanubari yang terancam mati berselimut beku dan candu Seperti kaki yang bergantian mengayuh impian sampai tujuan
Indah Hanaco kembali menyapa pembacanya lewat sebuah novel bertema cinta. Penulis yang sudah melahirkan 46 buku ini, memadukan tema cinta dengan kondisi psikologis tokohnya yang disebabkan oleh kelamnya masa lalu.
Aroma bensin dan api masih menyengat dari sudut Gang Nakula. Pun dengan hawa panas, akumulasi emosi dari manusia yang bertindak seperti orang paling suci. Saksi bisu kejadian beberapa hari lalu
Kuseduh sejumput kegagalan ke dalam cangkir putih kecil hadiah dari Sang Pemberi Kutambah sesendok semangat kasih sayang, dan harapan Gemulai tangan mengaduk perlahan, searah dengan kesepian yang tertinggal sendiri mencicipi