Quarter Life Crisis: Umur 25 Tahun Idealnya Punya Apa?
Beberapa waktu lalu, heboh soal pencapaian seseorang yang berumur 25 tahun di twitter. Dalam postingan tersebut tertulis bahwa idealnya, usia 25 tahun sudah punya tabungan 100 juta. Saat membacanya saya langsung mengernyitkan dahi. What?
Lagi-lagi topik seperti ini muncul. Belum lama, juga heboh soal Putri Tanjung yang masih muda tetapi sukses dalam karirnya. Banyak yang kagum, tetapi tak sedikit yang kemudian menyeret isu privilege ke dalam pembahasan. Roda pun berputar terus, terus, dan terus, hingga topik-topik serupa bergantian menghiasi trending topic twitter.
25 Tahun sudah Punya Apa?
Saat punya ide menulis ini, saya belum genap berusia 25 tahun. Akan tetapi saat menyelesaikannya menjadi tulisan utuh, umur saya sudah genap seperempat abad. Saat ini saya belum punya apa-apa. Pekerjaan masih begitu-begitu saja. Jodoh juga masih di awang-awang. Terlebih tabungan yang entah kapan mulai saya kumpulkan. Menilik bahasan di twitter mengenai standar ideal usia 25 tahun, berarti saya termasuk spesies manusia gagal ya? Hidup saya jauh sekali rasanya dari kata ideal. Wah, hebat sekali!
Teman-teman, definisi sukses setiap orang itu berbeda. Kamu nggak bisa mengeneralisir semuanya. Kalau kata orang Jawa, hidup itu wang sinawang. Bisa jadi, kamu memang punya tabungan 100 juta. Namun, siapa yang tahu kalau nyatanya kamu nggak bahagia, atau malah terbaring sakit tak berdaya? Bisa juga, misal orang lain hanya memiliki tabungan 1 juta, tetapi dia bersyukur dengan segala yang dimiliki, diberi kesehatan, dan punya keluarga yang mencintainya. Hayoo, kamu mau pilih yang mana?
Sayangnya society kita suka sekali menciptakan standar-standar tak kasat mata yang sering membuat jantung tak tenang berdetak. Selain itu, kita juga hidup di lingkungan yang menetapkan pencapaian tertentu pada usia tertentu. Umur 23 harus lulus kuliah, umur 25 wajib menikah ya minimal punya pasangan, setahun setelah menikah harus punya anak (kalau enggak pasti dibilang yang aneh-aneh). Apabila jalan hidupnya nggak on track, siap-siap bakal dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan yang akan sampai ke hatimu.
25 Tahun Idealnya Punya Apa?
Tak hanya itu, kadang ketika melihat teman sebaya sudah bisa beli mobil, bukannya ikut bahagia, banyak orang justru berprasangka yang tidak-tidak. Mendapati teman yang tiba-tiba menikah, dikatai hamil duluan. Di rumah saja nggak pernah keluar rumah dibilang pengangguran yang hanya menyusahkan orang tua. Selepas itu, diri sendiri sibuk berpikir kapan beli mobil, mendapat jodoh, atau memperoleh pekerjaan.
Teman-teman, bukankah hidup seperti itu tak akan membuat diri hidup nyaman? Hidup dengan bayang orang lain di sekitar kita sangat nggak menyenangkan. Lebih baik fokus dengan target atau tujuan hidup kita, alih-alih terlalu sering melihat standar yang ditetapkan orang lain. Wujudkan hal-hal kecil terlebih dahulu. Dari situlah sesuatu yang besar akan tercapai.
Jadi idealnya umur 25 tahun sudah punya apa? Nggak ada idealnya sih menurut saya. Karena setiap orang memulai dan memilki proses yang berbeda-beda. Lalu, bagaimana bisa di umur tertentu dipaksa memenuhi standar yang sama?
Telat Panas, nih!
Menurut saya nggak ada kata terlambat, hanya garis mula setiap orang saja yang berbeda. Kamu sudah berusia 25 tahun tapi ibadahnya begitu-begitu saja? Perbaiki! Belum terlambat kok untuk berubah menjadi lebih baik.
Kamu sudah berusia 25 tahun tapi belum punya tabungan 100 juta? Menabung, investasi, dan tingkatkan pendapatanmu! Memulai semuanya di usia 25 bukan kesalahan kok. Justru langkahmu sudah baik, karena telah berani memulai.
Kamu berusia 25 tapi justru resign dari pekerjaan dan memulai semuanya dari awal? Nggak papa, itu sebuah langkah berani. Kamu masih muda, waktunya salah dan mencoba-coba. Bisa jadi keputusanmu resign justru memberikan dampak baik untukmu nanti.
Kamu 25 tahun tetapi karir masih begitu-begitu saja? Ada satu kutipan yang saya pegang erat, kamu bisa meniru usaha orang lain, tetapi tidak dengan rezekinya. Implikasinya, setiap orang punya rezeki masing-masing. Mau kamu jungkir balik bagaimana pun kalau bukan jatah atau rezekimu, maka nggak akan bergerak ke arahmu. Eits, bukan berarti kamu berhenti berusaha loh. Ikhtiar itu penting sekali, sama pentingnya dengan tawakal.
Kamu berusia 25 tahun tetapi belum menikah? Mulailah memantaskan diri. Berprasangka baiklah bahwa jodohmu juga tengah sibuk memperbaiki diri, jadi kalian belum bisa saling menemukan. Percayalah, dia akan datang pada waktu dan tempat yang tepat. Abaikan bisikan dari kiri dan kanan. Toh hidupmu adalah milikmu, bukan milik orang lain yang ingin mereka setir juga sesuka hati. Lagi pula, menikah bukan perkara setahun dua tahun, tapi seumur hidup.
Karena itu, betul-betul persiapkan, jangan hanya latah karena teman-temanmu sudah mencapai tahap itu. Kamu nggak mau kan menyesal belakangan?
Quarter Life Crisis, I’m Coming!
Krisis perempat usia memang sulit. Yah, kita yang selama ini di sekolah dibimbing, tiba-tiba saja dilepas ke dalam sebuah society yang ternyata menuntut diri ini terlalu banyak. Kita yang dulunya hanya harus mendapat nilai bagus dan naik kelas, kini harus mendapati bahwa ada begitu banyak fakta yang tak sesuai impian. Terlebih ketika teman sepermainan yang sudah beralih menuju fase kehidupan selanjutnya, sedangkan kita masih tertinggal. Kita yang belum siap, tentu saja kaget tak keruan, dan berujung merasa gagal.
Namun, kita pasti bisa kok melewatinya. Sulit, sudah pasti, tapi bukan mustahil kita taklukan. Tetap fokus pada target dan jangan terlalu terpaku dengan apa kata orang. Hidup ini adalah hidupmu, maka nikmati dan syukuri.
Selamat berjuang!
Baca Juga: Kurus Segan Gemuk Tak Mau
1 comment found