Menilik Penyintas Skizofrenia dalam Gelombang Lautan Jiwa

Menilik Penyintas Skizofrenia dalam Gelombang Lautan Jiwa

Gelombang Lautan Jiwa adalah sebuah memoar seorang Anta Samsara, seorang aktivis di organisasi Perhimpunan Jiwa Sehat. Buku ini menceritakan perjalanan Anta menjadi penyintas salah satu penyakit kesehatan mental, yakni skizofrenia. Kisahnya dimulai saat dia ada dalam kandungan sang bunda, hingga kini menjadi aktif memperjuangkan nasib penderita penyakit kesehatan mental sepertinya.

Sinopsis Gelombang Lautan Jiwa

Semuanya dimulai saat Anta masih dalam kandungan. Dulu, kehadirannya sama sekali tak diinginkan. Bahkan sang bunda sempat berupaya membunuhnya dengan meminum ramuan. Sepertinya Anta memang diciptakan sebagai pribadi yang kuat, yang tak gentar bahkan sejak dalam kandungan.

Kisahnya berlanjut pada masa kanak-kanak hingga remaja, yang memunculkan beberapa kejadian memorable. Semasa anak-anak, ia sempat berada di titik dilarang bermain di luar rumah oleh ayah ibunya. Mereka menganggap, lingkungan sekitar tak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan Anta, yang ditakutkan akan berakibat buruk nantinya.

Hal itu membuat Anta menjadi pribadi pendiam dan penyendiri. Dia lebih suka di rumah, menghabiskan waktu dengan membaca buku yang disiapkan oleh ayahnya. Ia tak begitu tertarik dengan dunia luar.

Nyatanya, hal tersebut menjadi salah satu titik balik kehidupannya. Membuatnya memasuki pintu yang menciptakan dunia baru yang begitu ramai untuknya, penuh dengan caci, maki, dan hujatan dari orang-orang di sekitarnya. Hal itu membawanya ke tempat baru, untuk menyembuhkan, atau setidaknya, berdamai dengan dirinya sendiri.

Apa itu Skizofrenia?

Nama penyakit ini sepertinya sudah melambung sejak beberapa tahun ke belakang, jadi saya nggak begitu asing mendengarnya. Selain itu, saya juga sempat mempunyai teman ngeblog yang menderita penyakit ini. Dia seringkali membagikan pengalamannya “berteman” dengan berbagai obat-obatan agar membuat dirinya tak kalah oleh halusinasi.

Namun, buat kamu yang belum tahu apa itu skizofrenia, bisa disimak sedikit uraian ini ya.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.

Perlu kamu ketahui, bahwa diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderitanya berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Setengah penderitanya diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.

Apa Gejala Skizofrenia?

Gejala awal skizofrenia muncul saat masa remaja, pada pria pada usia 15-30 tahun, sedangkan perempuan pada 25-30 tahun. Indikasinya adalah cenderung mengasingkan diri, mudah marah, depresi, kurang konsentrasi dan motivasi, serta kesulitan mengerjakan tugas sekolah.

Namun, secara umum gejalanya adalah sering halusinasi, delusi, kacau dalam berpikir dan berbicara, serta kacaunya perilaku. Penderita biasanya juga cenderung memiliki pikiran paranoid. Hal itu terkadang membuatnya berteriak atau marah tanpa alasan.

Biasanya, sebelum diketahui penderita mengidap skizofrenia, hubungan dengan keluarga akan menjadi sedikit merenggang. Kenapa? Karena perilaku penderita ini dianggap kurang sopan. Kurangnya pengetahuan kerabat juga bisa menjadi penyebabnya.

Penyebab Skizofrenia

Skizofrenia tak datang begitu saja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyakit ini, antara lain faktor genetik, faktor kimia otak, dan komplikasi kehamilan serta kelahiran.

Perlu kamu ketahui, seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama penderita. Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.

Ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin juga berisiko menimbulkan skizofrenia. Selain itu, ada yang disebut faktor pemicu skizofrenia. Stres merupakan faktor psikologis utama yang dapat memicu timbulnya skizofrenia. Stres bisa terjadi karena perceraian, kehilangan pekerjaan, dan ditinggal orang yang dicintai, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan emosional.

Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain, ganja dan amfetamin, juga dapat memicu skizofrenia. Penelitian menunjukkan, pecandu ganja berisiko empat kali lipat lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia.

Cara Mengobati Skizofrenia

Sampai saat ini, belum ada obat untuk mengatasi skizofrenia. Metode pengobatan yang dilakukan hanya sebatas mengendalikan dan mengurangi gejala pada pasien. 

Adapun obat-obatan yang bisa dikonsumsi adalah antiseptik dosis minimal, yang diberikan dalam bentuk tablet atau suntik, tergantung pada kemauan pasien. Selain dengan obat-obatan, penderita juga bisa mengendalikan gejala dengan melakukan psikoterapi. Bentuk terapi bisa berupa terapi individual, terapi perilaku kognitif, dan terapi remediasi kognitif.

Ada juga terapi elektrokonvulif, yakni terapi yang paling efektif, untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.

Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien.

Perjuangan Anta, Penyintas Skizofrenia

Menjadi penderita salah satu penyakit mental pada zaman dahulu agaknya tak mudah untuk dijalani. Pola pikir yang masih kovensional membuat Anta harus berulangkali menjalani pengobatan alternatif di pesantren. Padahal, seharusnya penyakit mental hendaknya diserahkan pada ahlinya, yakni psikiater.

Dukungan keluarga sangat diperlukan juga untuk para penderita. Pasalnya, dalam proses pengobatan, Anta mesti kehilangan ibu, kakak, dan ayah tercinta. Meskipun begitu, dia tetap tegar dan begitu berani mengambil sikap. Beruntung, segala perjuangan Anta untuk sembuh berbuah manis, bahkan memantiknya untuk menjadi aktivis dalam organisasi Perhimpunan Jiwa Sehat.

Penutup

Mungkin itu saja ulasan saya untuk buku Gelombang Lautan Jiwa. Semoga bisa menjadi inspirasi sekaligus motivasi baik untuk Teman-teman penderita skizofrenia atau keluarga. Selamat membaca!

Baca Juga: Review Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja

2 comments found

  1. Bagi penyintas dan keluarga, termasuk F20 atau schizo biasanya emang sulit lepas dari rasa takut. Apalagi bagi yang baru terdiagnosa menderita F20.

    Dukungan orang terdekat, baik keluarga dan teman insya Allah bisa membantu penyintas hidup dengan baik..

    Terima kasih sudah berbagi, Kak..

  2. Salut untuk setiap pengidap skizoferenia yang bisa bertahan dan melawan penyakit itu, dan menulis adalah salah satu alternatif untuk terapi, seperti halnya yang dilakukan oleh anta

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: