Review Say Bye – Inggrid Sonya (2023)
Halo semuanya! Kali ini saya kembali lagi dengan review Say Bye Inggrid Sonya! Nggak asing? Yup! Buku ini merupakan sekuel dari buku pertama yang berjudul Say Hi! Kamu bisa banget baca reviewnya di sini.
Sebelum terbit dalam bentuk fisik, novel ini sudah lebih dulu tayang di wattpad dengan judul yang sama. Say Bye tayang di platform orange sekitar tahun 2021 dan saya ngikutin banget! Sayang seribu sayang, kisahnya nggak langsung naik cetak. Saya harus menunggu dua tahun lamanya.
Dua tahun berselang, ternyata Inggrid meneruskan kembali Say Bye. Banyak bagian yang ditambahkan. Bagaimana isinya? Apakah lebih memuaskan?
Sinopsis Say Bye
“Kalau gue aja bisa hidup, berarti lo juga bisa.” (hal 438)
Review Say Bye Inggrid Sonya ini menceritakan Qia yang patah hati selepas diputuskan dari Ervan enam tahun lalu. Walaupun sudah lama berlalu, sakit hati tetap dirasakannya setiap malam. Suatu hari, ia tiba-tiba mendengar kabar kalau Ervan mau tunangan! Qia merasa semakin hancur berantakan.
Saat itulah Adi hadir, cowok yang pernyataan cintanya selalu ia tolak. Ternyata kedatangan Adi membantunya menatap masa depan yang hampir kabur. Cowok itu menemaninya menjalani hidup yang penuh keraguan dan tanda tanya.
Lalu bagaimana akhirnya?
Review Say Bye
“Yang gue lihat dari lo, dan orang-orang yang kagum sama lo itu value dalam diri lo. Masa lalu atau pilihan yang lo ambil dulu nggak menentukan kualitas lo sebagai manusia.” (hal 448)
Saudara-saudari, satu kata yang keluar dari mulut saya adalah… RUWET! Kisah Qia, Ervan, dan Adi itu ruwet alias rumit banget! Ibaratnya nih ya, dari Jakarta saya bisa langsung terbang ke Yogyakarta. Akan tetapi saya memilih terbang ke Banjarmasin, Makasar, Papua, Bali, baru ke Yogyakarta.
Sejujurnya saya gemes banget dengan kisah mereka. Tapi kalau dipikir-pikir, memang keadaan seolah nggak berpihak dan memuluskan jalan ketiganya. Itulah yang menjadikan kisah meraka menarik dan membuat saya rela menunggu dua tahun untuk mengikuti perjalanan ketiganya.
“Selama ini lo dikenal karena prestasi lo kali. Satu gossip nggak menghilangkan semua hal positif yang udah lo lakuin.” (hal 447)
Seingat saya, halaman satu sampai tiga ratusan adalah bagian yang pernah tayang di wattpad. Tolong koreksi ya kalau salah. Mungkin karena pernah baca, jadi membuat saya menebak-nebak apakah bagian ini akan tetap muncul atau berubah. Yaah, ternyata tidak banyak perubahan kok.
Buat kamu yang sudah lupa sama ceritanya, wajib banget buat baca lagi. Nyatanya, karena saking banyak detail cerita dan tayang di platform cukup lama mungkin membuat kamu lupa-lupa ingat sama ceritanya. Terlebih 300 halaman awal ini menjadi jembatan pembaca menuju 300 halaman akhir yang tentunya penuh kejutan.
Membaca Adegan Bermakna
“Jangan hukum diri kamu sendiri untuk terus tinggal di masa lalu. Kamu masih hidup. Jadi biarkan diri kamu hidup.” (hal 531)
Menurut saya pribadi, perjalanan yang sesungguhnya terjadi selepas halaman 300. Pada bagian itulah saya mulai memahami berbagai keputusan hidup yang tokohnya lakukan. Bahkan tokoh yang tayang di wattpad dulu nggak terlalu digali, kini mendapat porsi yang cukup untuk memberi pengaruh pada cerita.
Satu yang saya suka dari Inggrid adalah dia nggak pernah menyia-nyiakan setiap adegan. Semuanya penting, berkaitan, dan bermakna. Ketika satu bagian dihapus, maka pembaca akan kebingungan di bagian selanjutnya. Contohnya ketika Qia berada di Bali dan bertemu dengan Renne. Detail cerita yang melingkupi bagian itu menjadi sangat krusial, bahkan berkaitan dengan akhir cerita.
Karena itu saya nggak akan protes kalau novel ini bisa setebal 600 halaman. Eh masih ditambah extra chapter di buku lain sebanyak 70 halaman! Sebagai pembaca Inggrid overdosis nggak tuh?
Menyatukan Komedi dan Tragedi
“Gue udah kacau tanpa lo minta.” (hal. 140)
Oh iya, saya senang sekali Inggrid nggak melupakan fitrah buku-bukunya yang lekat dengan kesuraman. Yah, kayak kisah mereka nih! SURAM BANGET! Tapi di balik itu, Inggrid nggak jahat kok (yahh, nggak sejahat kayak di Harapan dari Tempat yang Paling Jauh). Seperti yang saya jelaskan di Say Hi!, Inggrid selalu adil pada tokohnya. Sebanyak penulis ngasih kesulitan ke tokohnya, maka sebanyak itulah kebahagiaan bakal diberikan.
Satu lagi yang saya suka dari karya Inggrid adalah… bisa menggabungkan komedi dan tragedi dalam satu buku! Kok bisa habis haha hihi tiba-tiba si tokoh dapat kemalangan bertubi-tubi? Bisa-bisanya dialog waktu sedang di titik terbawah kok ada humor-humornya. Kalau nggak Inggrid pasti enggak deh. Komedinya menghibur, tragedinya bikin saya ikut nangis.
Dialog yang tokoh gunakan juga sesuai dengan karakter masing-masing. Pembawaannyya natural banget, khas tulisan Inggrid banget deh pokoknya. Saya suka nih tipe dialog kayak gini. Sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan nggak terkesan dibuat-buat.
Kalau novelnya yang Harapan dari Tempat yang Paling Jauh sepertinya nggak akan aku re-read, yang ini kayaknya bakal aku baca ulang. Yaah, tentu saja di bagian bahagianya aja. Untuk part tragis, mohon maaf saya nggak kuat kalau harus mengulangi lagi!
Yang Aku Kurang Suka
“Kalau emang hidup ini neraka, gue bisa jadi iblis bareng lo.” (hal 423)
Satu yang aku nggak suka adalah… novel ini rilisnya lama banget! Dua tahun gaiss! Andai bisa lebih cepat, pasti rasa penasaran lekas terobati yaa. Yahh, ini hanya keinginan saya sebagai salah satu penggemar Inggrid ya.
Beberapa salah ketik masih saya temui. Wajar banget kok. Novel setebal ini cuy! Tapi saltiknya nggak signifikan kok bahkan terkesan nggak kelihatan.
Menurut saya, akhir cerita seberpengaruh itu pada pendapat saya terhadap suatu buku. Saya yang biasanya komplain akhir cerita kurang nendang, nggak akan protes begitu kok. Akhir cerita yang dipilih penulis tuh bisa saya terima. Kayaknya penulis paham banget maunya pembaca. Pokoknya, novel ini tuh memuaskan!
Penutup
“Tapi memang hidup nggak sesuai yang kita mau. Akan ada aja masalah yang datang, dan ada aja yang terluka selama lo laluin jalan yang lo pilih itu. Perasaan orang lain itu di luar kedali lo. Jadi jangan terus menyalahkan diri lo sendiri atas sesuatu hal yang nggak bisa lo jangkau.” (hal 418)
Mungkin begini saja ya review Say Bye Inggrid Sonya. Nggak nyangka banget buku pertama yang kutamatkan tahun ini adalah novel setebal 600 halaman. Dan ini menjadi comeback saya yang sudah lama banget nggak nulis ulasan buku lagi. Kalau ada kurang, maaf yaaa. Kayaknya jari-jari saya masih kagok nulis review lagi.
Doakan saya agar bisa kembali lagi yaa ke dunia literasi. Ternyata saat menulis ini aku seneng banget. Mungkin ini pertanda saya harus balik lagi jadi manusia aneh yang ke mana-mana bawa buku, hahaha.
Eh, sampai lupa. Novel ini aku beri 5 dari 5 bintang! Saya puas banget sama Say Bye. Baik penyampaian Inggrid maupun akhir ceritanya, semua sesuai dengan harapan.
Sampai jumpa di postingan saya selanjutnya Gaiissss!
“Perpisahan paling jauh menurut gue adalah Ketika orang-orang yang berpisah itu udah berhenti mencari dan mengingat satu sama lain.” (hal 589)
Judul : Say Bye
Penulis : Inggrid Sonya
Cetakan : Pertama, 2023
Tebal : 608 halaman
ISBN : 978-623-473-220-7
7 comments found