[Review] Scars and Other Beautiful Things – Winna Efendi: Upaya Menyembuhkan Luka dan Trauma
Penderita trauma tidak selamanya adalah korban. Mereka juga bisa menjadi orang-orang yang bangkit dan lebih kuat daripada sebelumnya (hal 35)
Kasus pelecehan seksual kini marak terjadi di seluruh penjuru dunia. Tak hanya menimpa perempuan, laki-laki pun menjadi korban. Pelakunya tak lagi pandang bulu, dengan motif yang semakin beragam. Akibatnya, korban mengalami trauma mendalam dan sulit terlupakan.
Hal tersebut diangkat Winna Efendi ke dalam karya terbarunya yang terinspirasi dari kasus pemerkosaan Emili Doe di Amerika. Meskipun proses penulisannya tidak mulus, novel ini akhirnya rampung setelah ditulis ulang menggunakan tokoh baru, yakni seorang siswi Tommales High School yang berprestasi gemilang bernama Harper Simmons.
Scars bercerita tentang perjuangan Harper untuk bangkit menata hidupnya lagi, setelah mengalami pemerkosaan yang dilakukan Scott Gideon. Saat itu, ia ditemukan tak sadarkan diri dengan tubuh setengah telanjang dan penuh luka. Perempuan itu tak hanya mengalami luka fisik yang cukup mengerikan, tetapi juga luka batin yang menciptakan trauma dan menghantuinya setiap waktu.
Hidup perempuan itu menjadi penuh liku. Dirinya menjadi pribadi yang paranoid dan penuh ketakutan bahwa Scott berada di dekatnya dan akan memaksakan kehendak lagi padanya. Berbagai sesi konseling yang dilakoninya tak kunjung membuahkan hasil. Hal itu diperparah dengan respon dari beberapa orang di sekitarnya yang penuh prasangka buruk dan memandangnya negatif. Walaupun sulit, dia terus berupaya untuk sembuh.
Gambaran sulitnya hidup sebagai penyintas digambarkan dengan gamblang dalam buku berlatar Amerika ini. Seharusnya, kita menumbuhkan rasa empati, sehingga dapat membantu korban untuk bangkit, alih-alih melontarkan cemooh yang semakin memperburuk situasi. Mirisnya, cemooh itu justru datang dari mulut sesama perempuan. Padahal, sesamanya itu adalah korban yang membutuhkan dukungan, bukan hinaan yang membuatnya menjadi semakin depresi dan tertekan.
Kritik mengenai hukuman bagi tersangka kasus kekerasan seksual juga disinggung. Keadilan dalam kasus tersebut nyatanya belum nampak. Selama ini, pelaku tidak mendapat hukuman yang setimpal, rata-rata hanya hitungan bulan penjara. Itu pun bila tidak mendapat pengurangan dengan dalih telah berkelakuan baik. Padahal, korban harus menanggung luka psikologis seumur hidup.
Meskipun bisa dibilang cukup kelam, novel ini menyampaikan pesan penting pada pembaca. Bahwa kemauan dan keteguhan hati Harper sebagai penyintas untuk sembuh, menyembukan luka, dan berdamai dengan diri sendiri dapat menjadi inspirasi bagi perempuan di luar sana yang tengah menghadapi dan merasakan hal serupa. Karena pada akhirnya, satu-satunya yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri hanyalah berdamai dengan apa yang terjadi dan melanjutkan hidup (hal 218).
Judul : Scars and Other Beautiful Things
Penulis : Winna Efendi
Cetakan : Pertama, 2020
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 296 halaman
ISBN : 978-602-064-205-5
Resensi ini telah dimuat di Kedaulatan Rakyat pada hari Selasa, 15 Desember 2020
2 comments found