[Review] Trilogi Jingga dan Senja – Esti Kinasih
Kali ini saya akan mereview sebuah trilogi yang selesai dibaca dua tahun yang lalu. Apa itu? Inilah trilogi Jingga karya Esti Kinasih. Saya sudah lama mendengar kalau katanya novel itu bagus banget. Sudah lama punya, tapi nggak terdorong untuk lekas baca. Saya sendiri juga nggak paham kenapa terlambat untuk membaca novel itu. Dan… akhirnya saya dibuat penasaran dengan cerita novel ini.
Di postingan kali ini, saya akan mereview sekaligus tiga buku tersebut. Sebenarnya pingin mengulas satu-satu, tapi kok ide mentok karena harus mengingat-ingat lagi ceritanya. Saya review secara garis besar saja, tidak sedetail ketika mereview satu buku.
Jingga dan Senja
Trilogi ini diawali dengan Jingga dan Senja. Pada buku pertamanya ini, penulis menceritakan pertemuan Tari dan Ari, serta segala macam benang takdir yang seolah menghubungan mereka. Di buku ini, diceritakan betapa Tari begitu kesal karena Ari selalu mengganggunya. Pun dengan Ari yang merasa bahwa Tari adalah bayangannya. Bayangan harus berada di dekat benda aslinya. Karena itu Ari nggak bosan-bosan untuk mengganggu Tari.
Penulis begitu sabar dalam mengisahkan detil cerita. Sedikit demi sedikit alasan Ari selalu mengganggu Tari terbongkar. Lama sekali. Entah kenapa saya merasa bahwa alur ceritanya sangat lambat. Saya sampai tergoda untuk membuka bab terakhir agar segera tahu motif Ari begitu tergila-gila pada Tari. Saya nggak sabar. Sungguh!
Namun, setelah bersabar hingga akhir cerita, saya cukup kecewa dengan ceritanya. Hanya begitu saja? Itu mah hanya pembukaan saja. Saya cukup kesal dengan penulis waktu itu. Rasa penasaran saya sudah sampai ubun-ubun, tapi ending yang saya harapkan ternyata tidak seperti yang saya inginkan.
Selanjutnya saya memahami bahwa hal itu wajar. Novel ini adalah trilogi. Cerita yang menggantung akan dilanjutkan di buku keduanya.
Seketika terbesit dalam hati. Untung saya bacanya marathon. Jadi nggak perlu nunggu bertahun-tahun untuk tahu series selanjutnya.
Jingga dalam Elegi
Pada buku keduanya, Esti Kinasih membuka segala rahasia yang sejak di buku pertama selalu ditutup-tutupi. Semuanya dibuka, disampaikan dengan begitu pas dan menggambarkan perasaan Ari, Tari, dan Ata. Berbagai hal yang dulunya masih kabur, dijelaskan dengan gamblang. Saya sampai menangis ketika membaca buku kedua ini. Apalagi ketika bagian Ari…. Sungguh, sangat rumit menjadi dirinya yang selama bertahun-tahun menjadi orang lain.
Penulis berhasil mengocok emosi pembaca. Saya yakin. Rasa iba pasti akan menyelimuti pembaca saat membacanya. Sudah. Saya malah mau menangis lagi nih. Dari trilogi Jingga yang sudah saya baca, buku kedua ini menjadi favorit saya.
Jingga untuk Matahari
Ari bertemu kembali dengan mama dan Ata. Semuanya berjalan dengan begitu lancar dan membahagiakan Ari. Ia punya keluarga yang sempat hilang, punya Tari yang begitu menyayanginya, dan mempunyai sahabat yang setia padanya dalam setiap kesempatan.
Namun, siapa sangka ada musuh dalam selimut? Hal itu membuat hidup Ari jungkir balik. Ia kehilangan sahabat, pacar, hingga kekuasaan yang selama ini ia miliki. Yang lebih parah, ia hampir kehilangan nyawanya.
Bagian ini juga menguras emosi pembaca dan diakhiri dengan cukup baik oleh penulis. Tapi, seri kali ini membuat saya agak kecewa. Kenapa bagian Ari – Tari sedikit sekali??
Itu saja yang dapat saya ceritakan. Saya nggak mau spoiler banyak-banyak. Yang pasti, novel ini sangat saya rekomendasikan pada kalian semua untuk dibaca. Apalagi konon kabarnya buku keempat sedang proses penulisan! Jadi tetralogi dong!
Sambil menunggu buku selanjutnya, kamu bisa banget baca komik Jingga dan Senja. Yah, seri pertama sudah dibuat versi komiknya. Mungkin kapan-kapan akan saya review ya, walaupun sebenarnya saya juga sudah baca, hehe.
Konon kabarnya lagi, novel ini akan segera difilmkan. jadi penasaran dengan pemeran Ari dan Tari nantinya. Sebelum keduluan filmnya rilis, yuk, cus baca novelnya dulu!
1 comment found