[Review] Revered Back – Inggrid Sonya (2015)
Ada berbagai macam cara manusia mencintai orang yang dicintainya. Di antara banyaknya cara, menganggumi diam-diam adalah yang paling menyakitkan. Dan perasaan yang terlalu lama diendap dalam-dalam tanpa balasan itu… sama menyakitkannya. (halaman 1)
Jana adalah orang yang merasa paling berkuasa di sekolahnya. Ayahnya yang merupakan salah satu donatur sekolahnya, membuat semua orang di sana segan pada Jana. Ia tak memiliki teman karena perangainya yang buruk. Satu-satunya orang yang bersedia berteman dengannya hanya Dimitri. Ia menyukai cowok itu. Ia bahkan tak segan-segan membully siapapun yang mendekati Dimi. Akibatnya, ia menjadi orang yang begitu dibenci di sekolah.
Namun dibalik tingkah lakunya yang menyebalkan, Jana menyimpan banyak luka. Luka itu bertambah lebar ketika Dimi, satu-satunya teman yang dia miliki akan meninggalkannya. Tak hanya itu, temannya di sekolah mulai berani melawannya, setelah ayah Jana tidak lagi menjadi donator di sekolah. Jana gantian dibully oleh teman-temannya yang dulu pernah ia bully. Jana terpuruk. Terlintas di pikirannya untuk bunuh diri.
Untungnya Cakra –seorang kurir ‘barang gelap’- datang tepat waktu. Saat Jana sudah berada di rooftop melaksanakan niatnya untuk bunuh diri, cowok itu muncul. Cowok itu mampu membuat Jana membuang pikirannya untuk bunuh diri. Cakra tidak ingin Jana melakukan hal yang akan disesalinya dikemudian hari. Selain itu, ia merasa bahwa ketika melihat Jana, ia menemukan sorot mata yang sama dengannya. Sorot mata penuh kesepian dan keputusasaan. Ia bertekad untuk menghilangkan sorot mata menyedihkan itu dari mata Jana. Ia akan menggantinya menjadi sorot mata penuh kebahagiaan. Seperti arti nama Jana, Ranjana yang artinya kebahagiaan.
“Cara paling ampuh untuk menghilangkan luka adalah memaafkan. Jadi, maafin semua masa lalu lo, ikhlasin semuanya, lalu mulai lanjutin hidup lo lagi.”
Ini adalah salah satu novel jebolan Wattpad yang saya baca. Dulu saya nggak sempat baca, karena postingan yang di Wattpad udah dihapus. Novel karangan Inggrid Sonya ini sepertinya bagus, karena banyak yang suka dengan karyanya. Ternyata benar. Novel ini nggak begitu mengecewakan. Saya baca novel ini di Ijak sekali duduk. Rasanya saya nggak bisa beranjak dari tempat saya sebelum menyelesaikan ini.
Berlatar kehidupan sekolah, novel ini menjadi novel remaja yang cukup rumit menurut saya. Banyak konflik yang saut menyaut setelah satu konflik selesai. Konfliknya pun lebih banyak seputar konflik batin yang menurut saya (lagi) berat untuk dihadapi anak SMA.
“Ada berbagai macam cara manusia untuk bertahan dari rentetan masalah hidup. Dan di antaranya, manusia membagi diri menjadi pribadi-pribadi baru -demi menutupi kelemahannya.”
Sejak awal cerita, saya langsung nggak suka dengan karakter Jana. Ia begitu songong, mengandalkan nama ayahnya yang seorang donatur di sekolahnya untuk menindas orang-orang yang bergosip tentangnya dan mendekati Dimi. Penulis sukses membuat karakter ini menjadi sangat menyebalkan. Padahal saya baru mulai baca, tapi sudah disuguhi adegan pembullyan oleh Jana. Namun, karakter Jana ini tidak terbentuk begitu saja. Ada sebab yang membuatnya menjadi seperti ini.
Dimi diceritakan sebagai seorang murid cerdas, cakep, fansnya banyak, dan kesayangan guru. Ia juga orang yang diharapkan dapat ‘menjinakkan’ emosi Jana yang meledak-ledak. Ia harus berpura-pura berteman dengan Jana, duduk sebangku dengan Jana, bahkan membela Jana. Padahal itu sangat bertentangan dengan hatinya. Ia melakukan itu karena diminta oleh guru dan Gwen, cewek yang sedang dekat dengannya. Penulis juga sukses membuat karakter Dimi menjadi seorang yang agak munafik.
Sedangkan Cakra hadir setelah 1/3 awal buku selesai. Karakter Cakra di sini adalah yang paling kuat menurut saya. Karakternya mirip dengan Dimi, yang membedakan hanyalah soal ia yang bad boy sedangkan Dimi good boy. Ia diceritakan mempunyai luka yang sama dengan Jana. Sehingga ia mencoba membantu Jana menyembuhkan luka itu.
Saya sangat menikmati membaca novel ini. Penulis sukses membuat hidup karakter di novel ini dan sangat manusiawi. Berjam-jam saya baca nggak kerasa sama sekali.
Hanya saja, saya merasa kalau banyak kebetulan di sini dan adegannya seperti di sinetron. Misalnya nih ya, bagian si Jana kebetulan dengar teman-temannya nge-gosipin dia yang nggak pantes dekat-dekat Dimi. Aneh banget nggak sih kalau kejadian kayak gitu muncul nggak hanya sekali? Namun buat saya itu nggak terlalu masalah sih. Cuma ya itu, berasa baca novel yang kalau divisualisasikan bakal kayak sinetron.
Satu hal lagi yang menurut saya ganjil, adalah penyebutan ayah Jana saat berbincang dengan Jana. Ayah Jana membahasakan dirinya dengan kata “saya”. Menurut saya itu sangat aneh dan terkesan terlalu kaku, terlepas dengan konflik Jana dengan ayahnya sebelumnya. Mereka ini keluarga, ayah dan anak. Masa iya sih ngomongnya “saya-kamu”? Kesannya malah jadi nggak realistis.
Akhir ceritanya saya tetap suka, walaupun sudah tertebak sejak pertengahan novel. Meskipun saya kurang puas dengan akhir ceritanya, tapi cerita ini sudah ditutup dengan baik kok oleh penulis.
“Orang-orang yang berada di puncak piramida kekuasaan adalah orang-orang yang kesepian. (halaman 227)
Novel ini isinya sangat berbobot untuk ukuran novel remaja. Nggak cuma tentang kisah cinta aku suka kamu tapi kamu suka dia. Namun banyak hal yang diajarkan. Salah satunya adalah memaafkan masa lalu. Selain itu, novel ini juga mengajarkan untuk terus berusaha menggapai mimpi.
Novel ini memang nggak sempurna. Tapi untuk penulis yang masih sangat muda -saat membuat novel ini dia masih kelas 3 SMA-, saya yakin ke depannya ia akan menghasilkan karya yang semakin bagus dan matang. Sukses terus lah ya
Novel ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Saya beri 4 dari 5 bintang untuk novel ini. Selamat membaca!
Judul : Revered Back
Penulis : Inggrid Sonya
Editor : Pradita Seti Rahayu
Halaman : 424
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2015
*Review ini pernah diposting di blog lama saya pada 17 Februari 2018
2 comments found