Berkata tapi tak di dengar Ada tapi tak terlihat Menyentuh tapi tak terasa Nyata tapi semu Itulah aku Bagai daun kering yang jatuh Diabaikan, tak berharga Bak bunga liar di
Berkata tapi tak di dengar Ada tapi tak terlihat Menyentuh tapi tak terasa Nyata tapi semu Itulah aku Bagai daun kering yang jatuh Diabaikan, tak berharga Bak bunga liar di
Tetes air asin jatuh di pipi Sakit… sangat sakit kujalani Langkah demi langkahku awalnya mudah Membuat impian itu muncul dan beri harapan lebih Namun… Ketika penolakan menamparku keras Jatuhkanku dari
Surga itu kini tertutup debu Hutannya habis, jadi asap kelabu Ombak pantainya tak lagi menggebu-gebu Pasirnya menghitam, penuh pilu Bisik hujan di sore hari telah hilang Pun hijaunya rumput ilalang
Rasa takut ini kembali bersarang Mendarah daging, meresap ke tulang Aku selalu terbayang-bayang Bila nanti, aku tidak menang Dua hari lagi puasa Namun, aku belum menyiapkan apa-apa Skripsiku yang sekarang
Aku terperangkap di dunia lain Dunia yang tak kukenal namanya Dunia yang tak pernah kusambangi sebelumnya Aku tak mengenali banyak pasang mata Yang menatapku ganjil Seperti seekor bebek Berada di
Aku takut Ketakutanku ini datang kembali Takut akan dimakan sang waktu Takut pada target-target Yang tak mampu kupenuhi Takut pada mereka Yang coba menjegal langkahku Aku memang salah Telah sia-siakannya
Adakah yang lebih parah Dari menunggu kepastian? Terlunta-lunta dalam ketidaknyamanan Menggerogoti sampai ke tulang Menjadikan semua hal menjadi Keragu-raguan yang menyebalkan Setiap langkah menjadi amarah Setiap lamunan berubah resah Setiap
Diamku mengartikan sejuta rasa yang tak mampu kuungkapkan dengan kata Aku layaknya pohon yang tak berkutik, ketika akan dipangkas yang ketika kemarau, meranggas yang saat ditebas, meninggalkan bekas Satu-satunya tempat