Review Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja – Alvi Syahrin

Review Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja – Alvi Syahrin

Tak ada hujan yang tak pernah mereda

Tak ada banjir yang tak pernah surut

Semuanya nanti berlalu juga kok (hal 23)

Semakin dewasa, kita akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks. Putus cinta, patah hati, ditolak kerja, batal menikah, hingga permasalahan yang sangat fundamental, yakni belum bisa mencintai diri sendiri. Hal-hal itu seringkali membuat kita merasa tak bahagia. Terlebih, jemari terus-terusan menggulir sosial media dan melihat unggahan foto kesuksesan teman-teman. Rasa rendah diri menyeruak, disusul perasaan iri. Lubang di hati mulai melebar, memberikan tempat untuk kekosongan mengisinya.

Tak ada orang yang selalu bahagia. Bak roda yang berputar, ada masanya sedih dan senang. Potret yang ditampilkan di sosial media hanyalah satu dari banyak fragmen kehidupan. Bagaimana bisa kamu sedih hanya karena melihat secuil bagian hidup seseorang? Percayalah, bahwa orang lain juga sama. Sama-sama pernah patah hati, ditinggalkan, insecure, dan berbagai hal manusiawi lainnya.

Sinopsis Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja

Seri ketiga “Jika Kita Tak Pernah…” ini membahas tentang cara kita bangkit setelah mengalami hal-hal menyakitkan. Bahwa kita semua pernah mengalami krisis, tak pernah baik-baik saja menerima keadaan, dan menyalahkan diri sendiri. Mengarungi hidup adalah tentang seni mencintai –termasuk mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan, dan berusaha memperbaikinya.

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, mengajak kita mengenal arti kecewa dan bahagia demi mencintai diri sendiri dan sesuatu yang lebih dari segalanya.

Review Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja

It’s okay to feel sad. It’s okay to cry. Akan tetapi jangan biarkan rasa sedih ini mengalahkanmu. (hal 65)

Kamu sedang merasa sedih, terpuruk, atau paling bernasib buruk di dunia? Luangkanlah sedikit waktumu untuk membaca buku ini. Tulisan Alvi ini akan sedikit banyak meringankan beban dan kesedihan di hatimu. Penulis introvert itu akan memberimu sudut pandang lain soal kegagalan. Bahwa kegagalan tak melulu soal kesedihan, tetapi sekaligus menjadi pertanda terbukanya jalan lain yang bisa jadi belum kamu sadari.

Buku ini akan membawamu menuju dunia baru yang di dalamnya penuh dengan problema kehidupan. Meski kata orang itu sepele, tapi tak semua orang dapat melaluinya dengan mudah.

Ekspektasikulah yang menghancurkanku, bukan mereka (hal 93)

Buku dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu tentang patah hati dan kehilangan, upaya mrlepaskan, bahagia yang hilang, serta self love. Bisa dilihat bukan kalau uraiannya runut? Dimulai dengan konflik lalu diakhiri dengan opsi solusi mendasar yang seringkali dilupakan orang.

Agaknya buku ini masih menggunakan formula yang sama dengan seri Jika Aku Tak Pernah …. lainnya. Bertolak dari masalah personal, penulis mencoba mengeneralisirnya, agar bisa terhubung dengan pembaca yang tentunya memiliki problem berbeda-beda. Meskipun kamu nggak bisa terhubung dengan satu masalah, kamu akan bisa terhubung dengan masalah lainnya.

Buku yang masuk ke lini pengembangan diri ini menurut saya sangat cocok untuk dibaca di era serba terbuka. Pasalnya, seluruh media sosial kini menjadi patokan kebahagiaan bagi beberapa orang. Mereka menganggap bahwa media sosial adalah sebuah kaca tembus pandang, yang di balikmya bisa kita lihat semua kegiatan dan pencapaian orang lain. Padahal enggak. Media sosial adalah sebuah penyaring momen bahagia, yang seringnya dipilih banyak orang untuk dibagikan kepada pengikutnya.

Nyatanya, hidup tak melulu bahagia. Apa yang akan kita perjuangkan kalau sekarang sudah bahagia? Ibarat makanan yang tak sedap bila hanya terdiri dari satu rasa saja, hidup pun sama. Jatuh bangun itu kewajaran. Menangis sedih itu kelumrahan. Tidak baik-baik saja adalah perasaan manusiawi, yang dirakasan banyak orang. Tetaplah semangat, karena pelangi sedang menunggumu di sana nanti.

Lebih dari Sekadar Motivasi

Tak hanya memotivasi diri untuk bangkit dan memahami segala hal yang nggak berjalan sesuai ekspektasi, Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja karya Alvi Syahrin ini juga menjadi sebuah cara untuk membesarkan hati.

Saya beri 4 dari 5 bintang untuk buku ini. Selamat membaca!

Baca juga: Review Selamat Tinggal – Tere Liye

Judul               : Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja

Penulis             : Alvi Syahrin

Cetakan           : Pertama, 2020

Tebal               : 208 halaman

Penerbit           : Gagas Media

ISBN               : 978-979-780-967-6

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: