[Review Film] Story of Kale – When Someone in Love (2020)

[Review Film] Story of Kale – When Someone in Love (2020)

“Nggak ada, Le. Nggak ada orang yang bisa bertanggung jawab atas kebahagiaan di hidup kita selain diri kita sendiri.”

Kini banyak orang yang mulai membuka matanya mengenai toxic relationship. Pasangan yang abusive hingga membuat hubungan menjadi tidak sehat. Rasa-rasanya banyak orang yang tanpa sadar telah mengalaminya, karena merasa bahwa hal itu wajar dilakukan dengan dalih cinta dan kelak dia akan berubah.

Topik itulah yang diangkat dalam film terbaru arahan Angga Dwimas Sasongko ini yang berjudul Story of Kale: When Someone in Love. Side story film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI) itu begitu menarik perhatian, karena memuaskan dahaga penonton yang penasaran dengan sosok Kale. Meskipun bukan tokoh utama, karakter Kale yang dianggap pemberi harapan palsu dan fuck boy cukup membekas di hati penonton.

Buat kamu yang belum nonton trailernya, boleh banget klik tautan ini. Kalau kamu sudah penasaran mau nonton, bisa banget nontoh di bioskoponline.com hanya dengan membayar Rp10.000,- dengan rentang waktu menonton 48 jam.

Tokoh yang Terluka

Kita semua sudah tahu ya, pemeran Kale adalah Ardhito Pramono. Kalau di NKCTHI dia berhubungan dengan Awan (Rachel Amanda), di film ini pria itu dipasangkan dengan Dinda yang diperankan dengan apik oleh Aurelie Moeremans.

Ketika Kale Jatuh Cinta

Secara umum, film ini menceritakan kisah Kale saat bertemu dengan pujaan hatinya, yakni Dinda. Perempuan itu adalah manajer Arah, band yang di film NKCTHI ganti ia manajeri.

Film dibuka dengan adegan gladi resik sebuah konser. Saat semua sedang sibuk dengan job description masing-masing, Dinda berselisih paham dengan Argo, pacarnya selama lima tahun ke belakang. Namun, pertengkaran mereka ini nggak biasa. Pasalnya, Argo sampai memecahkan kaca di meja rias menggunakan kursi kayu.

Jeritan dan tangisan Dinda malah semakin menyulut emosi pacarnya. Perempuan itu terus minta maaf, tapi Argo tetap pada egonya. Dia membuat Dinda merasa sangat bersalah, sedangkan cowok itu berada di sisi yang benar. Sampai akhirnya, tangan Argo coba melayang untuk memukul pacarnya.

Beruntung ada Kale di sana yang menjadi pahlawan yang untungnya nggak kesiangan. Pria itu menaruh perhatian pada Dinda dan nggak rela perempuan itu diperlakukan kasar oleh cowoknya. Dinda selamat, sedangkan Argo yang masih dalam keadaan emosi ganti menghajar Kale.

Siapa sangka kejadian tersebut akan menciptakan cerita baru antara Kale dan Dinda? Sebuah kisah yang membentuk Kale menjadi pribadi seperti saat bertemu Awan di NKCTHI. Yang menjadikan Kale enggan memegang tanggung jawab untuk kebahagiaan orang lain.

Pengambilan Gambar yang Menawan

Khas Angga Dwimas Sasongko, pengambilan gambarnya sangat menarik, memanjakan mata, dan diambil dari sudut yang menawan. Fokus tetap pada tokoh utama, tetapi latar cerita tetap menjadi sebuah pemandangan yang menakjubkan, sangat artistik. Hal itu didukung juga dengan pemilihan tempat yang sangat cocok.

Menurut saya, pengambilan gambar membuat penonton seolah bisa mengikuti kisah kedua tokoh utama dalam jarak yang dekat. Ketika si tokoh berjalan, kamera ikut berjalan. Entahlah saya nggak tahu tekniknya, tapi setiap menggunakan teknik itu, saya langsung tersenyum. Saya seolah ikut masuk ke dalam cerita, menonton sebagai orang ketiga.

Penyampaian Cerita Ciamik

Masih ada yang khas lagi dari sutradara NKCTHI ini adalah penyampaian cerita menggunakan alur maju mundur. Mulai dari adegan awal, disambung dengan adegan terakhir, maju lagi ke awal, mundur lagi ke belakang, dan seterusnya hingga bertemu di tengah. Saya rasa alurnya mirip dengan yang digunakan di film NKCTHI.

Penggunaan alur seperti ini membuat penonton menjadi penasaran. Karena kita tahu awal dan akhir cerita. Lalu apa yang harus dibahas? Ini dia yang membuat film ini cukup istimewa. Akhir cerita sudah ditebak, tetapi cara penyampaiannya yang sukar ditebak. Penjelasan motif tokoh melakukan ini itu membuat penonton penasaran.

Banyak Pesan

Yah, setiap film tentu memberikan pesan-pesan. Entah itu tersurat atau tersirat. Film menunjukan bahwa like a parents like a son. Eh, agak beda ya perumpamaannya. Keputusan-keputusan yang diambil orang tua pada masa lalu, ternyata menjadi salah satu panduan anak untuk memecahkan masalah yang serupa. Yah, kalau nanti efeknya sama. Kalau berbeda?

Film juga menunjukan betapa kita harus segera mengakhiri hubungan yang toksik, karena nggak ada untungnya sama sekali. Kita hanya akan dapat luka lahir dan batin. Jangan berharap bahwa pasangan akan berubah suatu hari nanti.

Ya, itu mungkin terjadi pada sebagian orang. Namun, butuh waktu berapa lama untuk sampai ke titik itu? Apakah kamu mau menanggung semuanya sampai waktu yang tak bisa ditentukan itu? Lebih baik kamu mundur dan menata hati. Tuhan pasti akan memberikanmu jodoh yang lebih baik.

Terakhir, seperti kutipan yang saya sertakan di atas, bahwa kebahagiaan adalah tanggung jawab diri sendiri. Jangan sekali-kali membuat orang lain mengemban tugas untuk membahagianmu. Mereka sudah punya tanggung jawab sendiri. Kamu jangan menambah beban mereka kalau nggak mau kecewa.

Yuk Nonton Secara Legal

Lagu-lagu Ardhito Pramono adalah nyawa dari film ini, sulit dipisahkan. Liriknya menggambarkan kisah Kale dan Dinda. Lagunya mudah dicerna dan diterima telinga. Sekali dengar, nadanya pasti langsung nempel.

Buat kamu yang mau memanjakan mata, telinga, dan perasaan, yuk menonton film ini. Jangan lupa, nontonnya secara legal ya, untuk mendukung perfilman Indonesia. Selamat menonton!

3 comments found

  1. Baru tau ada web yang menyediakan tontonan berbayar murah
    Aku harus nonton yg NKCTHI biar bisa nyambung ke film, soalnya aku belum jadi2 wae mau nonton.

    1. Iya, murah banget. Cuma 10k dong?

      Nonton ini dulu nggakpapa sih, Kak. Ini hitungannya prekuel kok. Kalau sudah nonton ini, nanti makin nyambung dan paham sama sikapnya Kale yang php-in Awan? Ayoo, Kak, segera nonton?

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: