Isyarat Kupu-Kupu
Dua hari yang lalu ibu berkata, jika kupu-kupu masuk rumah, pertanda akan ada tamu yang datang. Namun, aku tak percaya. Itu hanya mitos belaka. Buktinya, dua jam yang lalu ada seekor kupu-kupu coklat yang terbang menuju kamar adikku. Lantas kutunggu, tamu macam apa yang akan berkunjung. Sampai pukul setengah dua belas malam, nyatanya tak ada yang muncul.
Ibu memang sangat konservatif, memercayai mitos yang tak masuk akal. Wanita itu bilang bahwa rumah harus selalu disapu agar ketika tamu datang tak membuat malu. Namun, ketika sedang menyapu dan tampak kurang bersih aku seringkali dikatai.
“Perawan menyapu kok tidak bersih. Nanti suamimu brewokan. Mau?”
Tak hanya itu, tadi sore sebelum pulang, Ibu menegurku saat duduk santai di depan pintu.
“Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu. Ora ilok,” katanya dengan wajah masam. Mungkin sudah jengah dengan kelakuanku, “jodohmu nanti lama datangnya. Pantas sudah kepala tiga tapi belum punya pacar.”
Melihatku yang tak kunjung beranjak, ibu menendang bokongku hingga terjungkal. Kupegang plester coklat yang kini menghiasi daguku. Kemarahan masih bercokol dalam dada, hingga membuatku begadang untuk membuktikan bahwa teori aneh wanita lima puluh lima tahun itu tak terbukti kebenarannya.
Ibu memang kolot. Semua tanda alam diterjemahkan menjadi isyarat. Katanya agar kita sedia payung sebelum hujan. Akan tetapi, bukankah sia-sia jika sudah menyiapkan payung tapi tidak hujan? Merepotkan saja!
Seekor kupu-kupu coklat nampak terbang di sekitar ruang tamu, masuk dari celah ventilasi. Kupandangi hewan itu sambil berkata sinis, “tahu apa kamu? Kamu hanya seekor kupu-kupu!”
Tepat semenit setelah itu, pintu diketuk dengan tak sabar oleh seseorang. Aku terkesiap. Seorang perempuan datang dengan tubuh gemetar dan mata sembab. Dari ucapannya yang terbata-bata, kuketahui bahwa adikku kecelakaan, sekarang sedang perjalanan ke rumah sakit.
Badanku seketika limbung, seiring dengan suara ibu yang bergema di telinga.
“Kupu-kupu yang masuk ke rumah pada malam hari itu pertanda buruk. Kemungkinan si pemilik rumah akan mendapat musibah.”
Air mataku menetes, benci karena tak menyiapkan payung sebelumnya.
#OneDayOnePost
#ODOP
#ODOPChallenge5