[Review] Nagra dan Aru – Inggrid Sonya dan Jenny Thalia (2019)
Inggrid Sonya kembali dengan novel terbarunya yang berjudul Nagra dan Aru. Kali ini, dia berduet dengan Jenny Thalia. Novel ini masih terasa sangat Inggrid. Buat kamu fansnya, pasti paham maksud saya.
Kalau begitu, langsung saja. Yuk kita bahas novel Nagra dan Aru!
Sinopsis Nagra dan Aru
“Justru kalau lo benci sama empati semua orang, itu elo yang ngeremehin diri lo sendiri. Orang berempati bukan berarti mereka meremehkan lo.” (hal 205)
Aru adalah seorang cewek yang pantang menyerah dan NGGAK TAHU MALU! Cerita dimulai ketika Aru sekelas dengan Nagra, cowok yang sudah mencuri perhatiannya sejak MOS. Ketika cewek-cewek lain memilih untuk diam dan menunggu si cowok menyatakan duluan, Aru melakukan sebaliknya. Dia langsung bilang kalau dia suka sama Nagra!
Setelah itu, Aru gencar melakukan serangan pada Nagra, mulai dari membicarakan drama Korea, Webtoon, hingga gombalan alay yang membuat teman-teman sekelasnya geleng-geleng kepala. Ditolak pun agaknya nggak mempan buat Aru. Dia terus saja pedekate dengan Nagra.
Lalu bagaimana dengan Nagra? Dia hanya cuek dan menganggap cewek itu teman sekelasnya saja. Bahkan, ia juga merasa terganggu dengan kehadiran cewek boncel itu. Ketika Nagra dekat dengan cewek lain saja, Aru tetap setia untuk melancarkan pedekate dengannya. Nagra bisa apa?
Review Novel Nagra dan Aru
“Ketika seseorang pergi, hal-hal kecil pun selalu berhasil mengingatkan kita pada orang tersebut.” (hal 314)
Satu kata untuk novel ini adalah MENGHIBUR. Kamu pasti akan tertawa saat mengetahui jurus-jurus mematikan Aru untuk pedekate dengan Nagra. Aru, seorang cewek mungil berambut pendek, dan menggilai drama Korea serta Webtoon. Sedangkan Nagra adalah cowok ganteng, tinggi, dan bisa membuat cewek-cewek bertekuk lutut padanya. Tak ayal bila ia dijuluki playboy oleh kawan-kawannya. Saya suka sekali dengan penggambaran kedua karakter ini. Apalagi Aru! Dia adalah tokoh novel pertama (yang saya baca) yang gencar melancarkan serangan ke cowok yang disukainya.
Novel ini diceritakan dari dua sudut pandang, yakni Nagra dan Aru. Begitu terus bergantian setiap bab-nya. Gaya kepenulisan novel ini sedikit banyak mengingatkan saya dengan gaya menulis para penulis fanfiction. Jadi, ada satu kejadian yang sama, tapi diceritakan dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu Nagra dan Aru. Nah, dari penjelasan masing-masing sudut pandang inilah yang membuat semuanya jadi gamblang, karena tahu maksud dari dua sisi tokohnya.
Novel bersetting SMA. Yah, masa SMA adalah masa yang menyenangkan. Pun dengan kedua orang itu. Yang satu mengejar, yang lain diam, kadang menjauh. Yang satu setiap hari menembakkan serangan berupa rayuan maut yang ternyata nggak bisa menembus benteng pertahanan yang lainnya. Kecewa? Nggak. Aru nggak merasa seperti itu, sama sekali pantang menyerah. Ia bilang bahwa pada waktunya, Nagra akan luluh dengan segala cinta yang ditunjukannya.
Karakter Unik, Alur Menghibur
Awalnya, saat mendapati karakter Aru saya nyeletuk, “kok ada ya cewek kayak gini. Pede banget. Ditolak satu kali, ngegombal lagi seribu kali.” Pasti spesies seperti Aru ini hanya ada satu dibanding satu juta cewek. Tapi si Aru ini sangat menyenangkan. Dia selalu ceria di berbagai suasana. Tak ayal, banyak yang senang berada di dekatnya. Salah satunya adalah Igo, salah satu cowok nakal di sekolahnya.
Khas Inggrid Sonya, jalan cerita novelnya selalu penuh liku. Saya masih ingat dengan novelnya yang berjudul Marriage with Converse, tokoh utama prianya sempat melangkah di jalan yang salah. Hal itu ia lakukan lagi pada novel ini, meskipun dengan cara yang berbeda. Saya menjadi semakin yakin, bahwa ciri khas novelnya selalu seperti itu. Walaupun begitu, bersama Jenny Thalia, ia bisa meramu dark ceritanya, ke dalam sebuah komedi romantis.
Banyak pesan yang ingin disampaikan novel ini. Di antaranya adalah kesetiakawanan, pantang menyerah, kerja keras, serta menjadi pribadi yang nggak pilih-pilih. Selain dapat menjadi penghibur yang efektif, pembaca juga bisa belajar banyak tentang kehidupan.
Yang Saya Kurang Sreg
“Nggak usah jadi pahlawan kesiangan. Yang beneran pahlawan aja lebih sering nggak dihargai, apalagi yang kesiangan kayak lo.” (hal 72)
Namun, saya merasa untuk ukuran teenlit, novel ini agak terlalu panjang dan tebal. Maksudnya, mayoritas novel teenlit yang saya baca, mungkin rentang waktunya hanya ketika para tokoh SMA. Lebih dari itu, mungkin sampai kuliah. Lah ini, sampai mencapai umur-umur yang disuruh nikah sama orang tua. Entahlah, tapi saya kok merasa esensi teenlit yang manis, asam, asin, jadi agak terlupakan di seperempat akhir novel.
Menurut saya, mungkin bisa dipotong saja. Bisa sampai saat kuliah atau lulus kuliah saja. Biar novel teenlit ini tidak terlalu panjang dan terlalu tebal. Saya mungkin sering berkomentar kalau novel-novel teenlit itu terlalu tipis, karena kisarannya hanya 200 halaman saja. Namun, kalau sampai 300 halaman seperti ini, ternyata kebanyakan juga ya. Sejujurnya, di akhir cerita, saya malah menantikan kapan cerita ini selesai. Kok rasanya nggak selesai-selesai. Padahal sejak awal cerita, saya sudah sangat menikmatinya, loh.
Akhir Cerita Novel Nagra dan Aru
Sejujurnya, novel teenlit lain yang memiliki akhir cerita yang gantung, seringkali saya kritik. Saya merasa kurang puas. Setelah para tokoh mengalami naik turunnya kehidupan, mereka hanya diberi akhir cerita yang ‘begitu saja’. Saya merasa sangat nggak adil! Tapi, ternyata, justru open ending seperti itulah yang justru membuat pembaca penasaran. Tanpa mengurangi rasa suka saya dengan novel ini, sepertinya ending yang disajikan akan lebih baik bila dibuat open ending ketika tokohnya lulus SMA.
Walaupun begitu, novel ini tetap sangat menghibur! Saya tetap suka. Apalagi gambar sampulnya yang unyu sekalii. Saya suka banget. Bener-bener gambarin gimana sih Aru dan Nagra dan seberapa boncelnya cewek itu.
Lewat novel ini, saya juga bisa melihat sisi lain penulis, khususnya Inggrid Sonya yang biasanya menulis novel bergenre dark. Namun, pada novel ini, Inggrid seolah bertransformasi menjadi sosok yang lain. Novel ini begitu ceria, penuh humor, dan terasa sangat menyenangkan. Mungkin bisa jadi karena pada novel ini, dia duet dengan Jenny Thalia. Sejujurnya, saya belum pernah baca novelnya. Jadi, tidak bisa berkomentar banyak.
Penutup
“Jangan kayak orang kebanyakan, Ra, terlalu sering berprasangka sampai hidup dengan prasangka itu sendiri” (hal. 70)
Untuk novel duet Inggrid dan Jenny ini, saya beri 3,5 dari 5 bintang. Saya jadi penasaran ingin baca novel Inggrid lainnya yang bergenre serupa ini. Selamat membaca teman-teman.
Judul : Nagra dan Aru
Penulis : Inggrid Sonya dan Jenny Thalia
Cetakan : Pertama, 2019
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 360 halaman
ISBN : 978-602-06-2096-1
Baca Juga: Review Untuk Dia yang Terlambat Gue Temukan
1 comment found