[Resensi] Timeless Beauty: Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Perempuan
Banyak perempuan Indonesia yang mengalami krisis kepercayaan diri. Hal itu terjadi karena mereka merasa belum memenuhi standar yang selama ini menjadi pendapat umum, yakni berkulit putih, tinggi, berhidung mancung, langsing, dan berwajah mulus. Bila tidak memenuhi kriteria tersebut, mereka akan merasa tubuhnya kurang ideal. Tak ayal bila sekarang banyak ditemukan klinik, produk, dan obat kecantikan. Peminatnya beragam, mulai dari gadis remaja, hingga wanita dewasa.
Pada zaman kiwari, kaum hawa semakin mudah teracuni untuk memiliki paras yang ayu. Iklan produk kosmetik dan fashion yang selalu wara- wiri di media sosial dan televisi, adalah salah satu pemicunya. Tampilan model yang terlihat sempurna, sedikit banyak membuat mereka kurang puas dengan tubuh dan penampilan diri (hal 10). Padahal, bila ditilik kembali, model yang digunakan dalam iklan, belum merepresentasikan wanita Indonesia secara umum. Sayangnya, kepentingan komersial lagi-lagi menjadi fokus utama.
Buku ini mencoba meluruskaan pola pikir kaum hawa mengenai definisi cantik yang sebenarnya. Cantik bukan sekadar fisik. Penampilan fisik memang penting untuk memberikan impresi pada pandangan pertama (hal 3). Namun itu bukan satu-satunya tolok ukur. Kepribadian jauh lebih penting. Dengan memiliki kepribadian yang baik, aura positif akan keluar dari dalam diri. Hal itu akan membuat kecantikan alami terpancar.
Buku ini menekankan bahwa cantik itu tentang percaya diri. Perempuan akan terlihat cantik ketika mereka merasa nyaman dengan tubuhnya, baik secara fisik maupun mental (hal 5). Memiliki tubuh yang kurang ideal bukan masalah besar bila nyaman dengan diri sendiri. Semua bergantung pada pola pikir masing-masing. Bila berpikir dan percaya bahwa diri sendiri cantik dan menarik, maka kecantikan itu akan memancar secara alami.
Buku ini dilengkapi kisah nyata dari beberapa wanita yang mampu keluar dari pola pikir tentang standar kecantikan di Indonesia. Mereka mampu terlihat cantik, justru dengan mengubah bagian yang dianggap kekurangan menjadi kelebihan. Kelebihan itu menjadi ciri khas yang tidak dimiliki orang lain, sehingga membuatnya lebih istimewa.
Adalah Veronica Ong, seorang beauty vlogger yang pernah dibully karena wajahnya penuh jerawat. Ia sering diberi komentar negatif oleh orang di sekitarnya. Hal itu sempat membuatnya tertekan. Bahkan, gadis itu pernah berpikir untuk home schooling atau pindah sekolah. Namun ia tetap bertahan, hingga mengenal make up yang membuatnya menjadi lebih percaya diri. Veronica menjadi lebih berani untuk bersosialisasi dan tidak peduli lagi dengan komentar jahat orang lain.
Sedangkan Vanya Qintara sejak kecil merasa kurang percaya diri dengan warna kulitnya yang gelap. Gadis itu kerap menangis karena selalu diejek oleh teman-temannya. Beruntung, ia menemukan titik balik saat kuliah. Selama ini, secara tidak sadar wanita itu selalu menonjolkan kekurangannya. Kemudian, ia mulai mencoba berpikir dari perspektif lain. Gadis itu merawat sesuatu yang dulu dianggap sebagai kekurangan agar berubah menjadi kelebihan. Vanya menonjolkan kulitnya yang gelap menjadi tampak lebih sehat dan eksotis. Tindakannya itu menuai banyak pujian dari orang terdekatnya.
Buku ini mendefinisikan cantik dengan tiga hal, yaitu menerima, mensyukuri, dan merawat (hal 58). Pertama, menerima segala hal yang ada pada diri, baik itu kekurangan maupun kelebihan. Kemudian mensyukuri segala hal yang ada pada tubuh karena masih berfungsi dengan baik. Ketika sudah mensyukuri, yang dilakukan selanjutnya adalah merawat. Yaitu merawat kebersihan diri, kesehatan, dan kebugaran. Ketika tiga hal itu telah dilakukan, aura kecantikan akan nampak dari dalam diri.
Buku ini mengupas berbagai masalah kaum hawa tentang kecantikan dengan detail. Tak hanya itu, dituliskan pula solusi yang mudah dipahami dan dipraktikan. Buku dapat menjadi motivasi bagi perempuan yang sedang mengalami krisis percaya diri. Karena cantik, tidak melulu tentang fisik.
Judul : Timeless Beauty
Penulis : Donafeby Widyani
Cetakan : Pertama, Mei 2018
Penerbit : Metagraf
Halaman : 146 halaman
ISBN : 978-602-6328-63-2
Resensi ini dimuat di Koran Jakarta pada hari Kamis, 21 Maret 2019
6 comments found