Review Beresin Dulu Hidupmu – Gary John Bishop
Aku ingin mengubah hidupku tetapi…. Mungkin kata itu sering keluar dari mulutmu. Namun, sambil mengatakan itu, kamu juga tengah menelusuri instagram, twitter, menonton televisi, netflix, memakan makanan yang nggak sehat dan lainnya. Apa itu artinya? Artinya kamu sebenarnya nggak ingin berubah. Ketika kamu berkeinginan untuk berubah, maka kamu akan segera melakukan perubahan itu. Hal itulah yang akan dibahas dalam review Beresin Dulu Hidupmu ini.
Kamu ingin sukses? Tentu saja! Kamu bercita-cita menjadi billioner? Pasti! Kamu ingin hidup nyaman dan aman? Itu adalah impian semua orang!
Namun, sadarkah kamu bahwa impianmu itu memiliki jarak yang terlalu jauh dengan keinginanmu untuk mengubah hidupmu sendiri? Kamu selalu gembar-gembor akan mimpi-mimpimu yang setinggi langit. Akan tetapi, apakah usaha yang kamu lakukan sudah mencerminkan tingginya impianmu?
Review Beresin Dulu Hidupmu
Hal itulah yang coba diobrak-abrik oleh Gary John Bishop dalam bukunya yang berjudul Beresin Dulu Hidupmu ini. Gary ingin menyadarkanmu bahwa selama ini banyak kesia-siaan yang sudah kamu lakukan. Oleh karena itu, ia ingin pembacanya membereskan hidupnya dulu, sebelum beralih ke hal-hal yang lebih tinggi, seperti menggapai mimpi contohnya.
“Berhentilah menyalahkan nasib, menyalahkan orang lain, dan menuding pengaruh atau situasi luar.” (halaman 35)
Sejak bab pertama Gary langsung menonjok saya dengan kata-katanya. Bahwa bagaimana cara kita berbicara dengan diri sendiri terkadang kurang tepat. Misalnya ketika membuat resolusi awal tahun, sebagian besar dari kita pasti berkata aku akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Bukankah itu artinya bahwa menjadi pribadi yang lebih baik akan dilakukan nanti, bukannya sekarang? Bukankah harusnya kita mengatakan aku menjadi pribadi yang lebih baik. Artinya, usaha itu bisa dilakukan mulai sekarang, nggak perlu menunggu nanti-nati.
Buku ini terbagi menjadi sembilan bagian penting yang tertulis secara runut. Pertama, pembaca diajak untuk membenahi pola pikir dan prinsip terlebih dahulu, hingga menuju akhir lebih pada ajakan untuk lekas melakukan aksi atas apa yang sudah direncanakan.
Saya cukup menyukai gaya terjemahan buku ini. Terlebih Gary menyampaikan isi buku ini seolah sedang berbincang secara langsung dengan pembacanya secara lebih akrab. Alih-alih menggunakan kata Anda, buku justru menggunakan kata Kamu. Saya cukup nyaman dengan hal ini, sehingga menjadikan buku menjadi nggak terlalu kaku.
“Ketidakpastian adalah tempat kebaruan terjadi.” (halaman 103)
Seperti halnya buku pengembangan diri yang lain, penulis juga mengobrak-abrik pola pikir pembaca mengenai zona nyaman. Kita selalu ingin semuanya ada dalam kendali. Akan tetapi, justru itulah yang justru membuat kita nggak berkembang. Buku ini mendorong pembaca untuk keluar dari zona nyaman, rutinitas yang menjemukan, dan mencoba hal-hal baru.
Buku ini sangat padat tetapi bisa mencangkup seluruh pembahasan. Singkat, tetapi nggak kehilangan esensinya. Pesan yang dari Gary juga bisa sampai pada pembaca secara tuntas. Saya pribadi suka sekali dengan buku ini.
Baca juga: Cara Mengatasi Insecurity
Penutup
“Di setiap saat pengambilan keputusan, hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah hal yang benar, hal kedua terbaik adalah hal yang salah, dan hal terburuk yang bisa Anda lakukan adalah tidak berbuat apa-apa.” – Theodore Roosevelt halaman 109
Buku ini betul-betul menonjok saya dari berbagai sisi. Saya yang deadliner, suka menunda-nunda, agaknya harus mulai perlahan-lahan mengubah hal itu.
Nggak ada yang bisa mengubah nasibmu selain kamu sendiri. Pun dengan buku ini yang nggak bisa mengubah takdir hanya dengan kamu membacanya. Take action now!
Mungkin itu saja review Beresin Dulu Hidupmu kali ini. Saya lebih suka membaca buku terjemahan dengan gaya seperti ini. Okee, empat dari lima bintang untuk buku setebal 206 halaman ini.
Selamat membaca, Guys!