Review All of Us are Dead
Kali ini saya kembali dengan review All of Us are Dead. Drama Korea yang tayang di Netflix ini beberapa waktu terakhir cukup heboh. Meskipun nggak seheboh Squid Game yang hype-nya sampai ke anak-anak, drama ini cukup mencuri perhatian.
Oh iya, di postingan kali ini saya cuma mau review soalnya baru saja kelar nonton. Banyak yang ingin saya ungkapkan. Tulisan ini hanya pendapat pribadi saya. Mungkin pendapat kalian bisa beda. Boleh banget share di kolom komentar ya.
Kalau kamu belum nonton, bisa nonton dulu di sini ya.
Oke langsung saja ya.
Sinopsis All of Us are Dead
Drama Korea yang satu ini bercerita tentang sebuah kota bernama Hyosan yang tiba-tiba saja terserang virus Jonas. Mulanya, virus ini berasal dari seorang siswi SMA Hyosan yang kemudian menyebarkannya dengan cara menggigit mangsanya. Pada masa genting itulah sekelompok siswa berusaha menyelamatkan diri. Apakah mereka berhasil selamat dan tetap hidup? Terlebih judulnya seperti sudah spoiler endingnya. Apakah tebakan kamu benar?
Review All of Us are Dead
FYI yang nggak penting, All of Us are Dead adalah drama pertama yang saya tonton sejak tahun 2018. Yah, dulu saya sempat berkomitmen untuk nggak nonton drama Korea lagi. Kamu bisa baca tulisan tentang itu di sini. Nah, entah karena sudah lama nggak nonton drama atau bagaimana, saya merasa sangat amaze.
Dari segi produksi saya merasa drama ini sangat matang persiapannya. Saya dengar persiapannya selama dua tahun. Wow!
Dari segi cerita, saya pikir tema zombie bukanlah hal yang baru. Sebelum series ini sudah ada Train to Busan, Sweet Home, dan Kingdom. Saya belum nonton yang lain. Tentu saya nggak bisa melepaskan tiga film itu dari benak saya saat awal menonton. Namun, kemudian saya sadar bahwa ada beberapa aspek yang membuat tema ini menjadi tetap segar dan layak untuk ditunggu, yakni tokoh yang masih remaja dan setting sekolahan.
Terperangkap dengan zombie di dalam kereta atau di apartemen mungkin sesuatu yang tidak familiar. Apalagi zombi di masa kerajaan. Namun, kisah remaja yang terperangkap di sekolah dan mencoba bertahan hidup di tengah gempuran zombie rasanya tak kalah menarik. Bumbu romansa khas remaja menambah manisnya series ini hingga akan membuat penontonnya akan tersenyum kecil.
Karakter
All of Us are Dead menghadirkan aktor dan aktris muda, yakni Yoon Chan Young (Cheong San), Pak Ji Hu (Nam On Ju), Cho Yi Jun (Choi Nam Ra), Lomon (Lee Su Hyok), Yoo In Soo (Yoon Gwinam), Lee Yoo Mi (Lee Na Yeon), dan Im Jae Hyuk (Yang Dae Su).
Banyak sekali bukan karakter utamanya? Saya nggak akan menjelaskan satu-satu ya, kamu bisa tonton sendiri di Netflix. Namun, satu yang menurut saya sangat outstanding adalah Yoo In Soo alias Yoon Gwi Nam. Sebagai seorang villain, aktingnya benar-benar jempolan. Saya akan jelaskan di bagian Yang Saya Suka dan Nggak Suka di bawah.
Seperti biasa, saya terkena main role syndrome. Sebenarnya ada nggak sih sindrom itu? Namun, satu yang pasti, saya merasa simpati dengan Chan Young. Dia adalah orang pertama yang take action selain Su Hyok. Dia pemberani, bahkan merelakan dia dalam bahaya demi menyelamatkan teman-temannya.
Saya cukup sedih dengan akhir kisahnya. Hmm, sedikit nggak terima sebenarnya. Saya sudah menginvestasikan perasaan saya ke dia, tetapi… hmm dia ada masalah sama Gwi Nam yang membuatnya berakhir seperti ini.
Selain dua karakter itu, ada pula Nam On Jo yang ramai-ramai dianggap sebagai beban. Yah, karakter ini memang tak memiliki impresi bagus di awal. Pada awal series, dia sering banget bengongnya, nggak tanggap, dan harus selalu dibantu Cheong San.
Meskipun begitu, kalau kamu perhatikan dia adalah salah satu karakter yang pengembangan karakternya bagus. Dia yang awalnya takut-takut, dalam perjalanan mereka menyelamatkan diri, justru menjadi pencetus ide-ide dan solusi. Bahkan menurut saya, dia memiliki empati yang baik. Dia langsung menguatkan teman mereka yang baru saja kehilangan keluarganya.
Mungkin On Jo nggak sekeren Nam Ra, tetapi dia hanya anak SMA. Kamu mau mengharapkan apa dari remaja yang menghadapi situasi mencekam seperti itu? Justru inilah sisi realistis dari series ini. Kita jadi tahu bagaimana struggle-nya anak SMA untuk bertahan hidup di tengah kepungan zombie.
Baca juga: Review Story of Kale (2020)
Yang Saya Suka dan Nggak Suka
Menonton ini saya rasanya ingin menghujat Gwi Nam. Tapi kok… aktingnya keren banget! Dia adalah definisi jatuh bangun yang sebenarnya. Karakternya memang menyebakan tapi aktingnya sangat sukses membuat penonton geregetan. Ia adalah karakter favorit saya dalam drama ini.
Tegangnya dapat, jengkelnya terasa, romancenya juga nggak too much. Situasi yang dibangun juga terasa believeable. Buat kamu yang penasaran ingin menonton serial tentang zombie, bisa sekali coba menonton ini.
Meskipun begitu, saya merasa ada beberapa hal yang janggal. Pertama, polisi dan pemadam kebakaran kok nggak sampai sekolah padahal sudah dihubungi? Kenapa gerak petugas keamanan di sana sangat lamban? Saya pikir setelah staff call center 119 mengetahui ada kasus serupa, akan segera memberikan bala bantuan. Eh, kok seperti nggak ada tindak lanjutnya.
Yang kedua, itu tokohnya nggak makan dan minum selama lebih dari sehari, bahkan dua hari saja dulu deh, kenapa masih bisa lari cepat kayak gitu? Sebenarnya kejanggalan soal polisi tadi nggak seaneh masalah ini.
Oke, kalau Nam Ra dari awal sudah bilang kalau manusia bisa bertahan tiga hari tanpa makan dan minum. Tapi, hey! Itu tiga hari dengan kegiatan apa? Jika aktivitasnya rebahan ya tentu bisa. Akan tetapi kalau kegiatannya lari-larian kayak gitu ya sepertinya nggak bisa bertahan sampai tiga hari.
Saya rasa nggak masuk akal saja dengan kondisi seperti itu, tetapi nggak ditunjukkan dengan mendetail kalau mereka ini lapar dan cari makan. Ya… ada satu scene yang menunjukan kalau mereka lapar, cari makan, dan bagi-bagi beng-beng. Tapi semua berhenti di situ. Mereka nggak dapat makanannya. Kok bisa mereka tetap bisa bertahan dan lari-larian selama itu?
Penutup
Oke, saya pikir cukup ya review All of Us are Dead kali ini. Series ini terasa segar, meskipun ada beberapa plot hole (menurut saya) yang seharusnya bisa diatasi.
Melihat ending yang dipilih, sepertinya akan ada season 2. Apakah kamu mengharapkan yang sama?
Kamu sudah nonton belum? Kalau sudah bagaimana menurutmu? Apakah drama ini recommended?