Pentingnya untuk Memiliki Sikap Qanaah
“Eh, kok kemarin Bu Wortel dapat bantuan ini ya? Padahal sudah dapat itu lho dia. Nggak kasihan apa sama lainnya yang belum dapat? Apalagi tetangganya itu, Bu Brokoli. Sudah janda anak tiga, kerja juga serabutan, kok… nggak ada itikad untuk membantu gitu lho, Bu?”
“Maklum, Bu Sawi, rumahnya Bu Wortel kan belum dikeramik.”
“Ishh, padahal bantuan yang sebelumnya malah buat beli kulkas. Ya ampun!”
“Kemarin Bu Wortel malah sambat lagi, Bu. Bantuan yang terakhir itu kok ndak dapat. Padahal dia sudah mengajukan. Memang kurang bersyukur dia itu.”
Pernahkah kamu mendengar percakapan di atas? Apalagi pada masa pandemi seperti sekarang. Meskipun sayup-sayup, kemungkinan akan terdengar, terlebih kamu yang tinggal di pedesaan.
Saya nggak akan membahas tentang cara orang-orang menggunakan bantuan dari pemerintah atau pemberian bantuan yang kurang merata. Di sini, saya akan membahas sikap qanaah alias merasa cukup atas segala pemberian Allah. Bahwa sikap Bu Wortel agaknya belum menunjukan sikap qanaah.
Menurut kumparan.com, qanaah adalah sikap rela menerima atau merasa cukup dengan apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang berlebih-lebihan. Efeknya akan muncul sikap rela untuk meneria segala keputusan Allah SWT yang berlaku bagi dirinya. Dia akan mensyukuri yang sudah didapat, dan tidak mengeluh perihal yang belum dimilikinya.
Namun, sikap qanaah ini nggak dimiliki semua orang. Banyak manusia yang sulit untuk merasa puas, selalu saja merasa kurang, kurang, dan kurang. Padahal rezeki yang diberikan Allah padanya sudah melimpah ruah. Bahkan, kalau boleh membanding dengan tetangga misalnya, kehidupannya sudah jauh lebih baik.
Qanaah bukan Pasrah
Banyak yang salah kaprah mengenai qanaah ini. Dianggap mereka yang qanaah nggak mau berikhtiar saat menginginkan sesuatu. Alih-alih seperti itu, orang yang qanaah sadar bahwa untuk mencapai suatu keinginan, harus dilakukan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Apabila belum memberikan hasil memuaskan, orang yang qanaah akan menerimanya dengan ikhlas, ridha, dan lapang dada.
Sikap menerima hasil akhir itulah yang membedakan. Sama seperti kasus Bu Wortel di atas. Dia sudah menerima banyak bantuan, tetapi tetap mengeluh karena ikhtiarnya untuk mendapatkan bantuan yang terakhir belum membuahkan. Wanita itu nggak ikhlas karena usahanya sia-sia. Sejatinya, nggak ada yang sia-sia di dunia ini. Semuanya akan menimbulkan efek domino. Entah dampaknya akan langsung kita rasakan, atau justru dirasakan orang lain.
Qanaah Adalah Wujud Syukur
Qanaah erat kaitannya dengan bersyukur. Perbedaannya, sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima ketentuan Allah, sedangkan syukur lebih berfokus pada rasa terima kasih dan harapan pada Allah. Jadi, kalau kita qanaah, kemungkinan besar rasa syukur akan membersamainya.
Mari kita bahas Bu Wortel lagi. Selain belum qanaah, wanita itu juga kurang bersyukur dengan rezeki yang diterima. Padahal nasibnya bisa jadi jauh lebih mujur dibanding tetangganya yang belum mendapat bantuan sama sekali. Lebih buruk lagi, dia malah begitu egois dengan memperbaiki dirinya sendiri dulu, padahal tetangga sebelah rumah yang kondisinya memprihatinkan membutuhkan uluran tangan.
Padahal dengan rezeki yang diterima, dia bisa menyisihkan berapa persen dari bantuannya untuk diberikan pada Bu Brokoli, bukannya malah dibelikan keramik atau kulkas yang nggak terlalu mendesak.
Ada juga cerita orang yang selalu iri melihat tetangganya mendapat rezeki. Misalnya, suatu hari Bu Bayam membeli motor baru. Dari jauh, Bu Wortel memandangnya penuh rasa iri. Ia membombardir suaminya untuk membelikan motor juga, karena nggak mau kalah dengan Bu Bayam. Mentalitas seperti inilah yang pantang untuk dipupuk. Membuat hati tak tenang, tidur pun tak nyaman.
Mulai untuk Qanaah
Yuk, mulai sekarang kita biasakan untuk menanamkan sikap merasa cukup dengan pemberian Allah. Percayalah bahwa sebagai manusia, kamu akan selalu merasa kurang dengan yang didapatkan, dan itu nggak akan pernah ada ujungnya. Akibatnya, kamu akan merasa lelah sendiri, karena ekspektasimu selalu meninggi setiap waktu.
Memiliki harapan yang tinggi itu nggak salah. Yang salah adalah ketika kamu malah bersenang-senang sendiri, tanpa memerdulikan orang di sekitarmu. Terlebih lagi di luar sana banyak orang yang sangat membutuhkan bantuanmu.
Mari menumbuhkan sikap qanaah dan senantiasa bersyukur pada Allah. Inshaallah hati akan tenang dan nyaman dalam menjalani kehidupan.