Sebuah Seni untuk Menjadi Pendengar yang Baik

Sebuah Seni untuk Menjadi Pendengar yang Baik

Setiap orang mempunyai dua telinga, tetapi tidak semua orang tahu cara mendengarkan yang baik. Seringkali saya temui, kasus orang yang diajak berbicara, tetapi tidak menunjukan etika mendengar yang tepat. Ada yang sambil main hape, memotong pembicaraan, pandangannya tidak fokus, malah membicarakan kehidupannya, atau memang tidak berniat tidak mendengarkan.

Posisikanlah dirimu menjadi orang yang berbicara. Apakah kamu mau omonganmu tidak didengar? Siapa tahu lawan bicaramu membutuhkan saran untuk permasalahannya, tapi kamu malah tak serius mendengarkan. Bukankah rasanya sangat menyebalkan?

Oleh karena itu, mulailah untuk belajar menjadi pendengar yang baik. Kalau kamu mau didengarkan, maka cobalah untuk mendengarkan dulu. Bagaimana cara melakukannya?

Tatap Mata Lawan Bicara

Kontak mata adalah satu poin penting yang harus dilakukan untuk menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut akan membuat keinginan untuk menjalin komunikasi yang baik semakin terjaga. Kamu tidak perlu malu untuk melakukannya. Apabila kamu tatap mata lawan bicaramu, dia akan merasa didengarkan dan diperhatikan. Yakinlah bahwa orang itu akan melakukan hal yang sama padamu.

Namun, perhatikan juga lawan bicaramu. Apabila dia merasa risih, bolehlah sesekali kamu mengalihkan pandangan, tapi tetap fokus dengan pembicaraan ya.

Jangan Memotong Pembicaraan

Ketika mendengarkan orang bercerita, tentu ada saatnya kita ingin membicarakan hal serupa versi sendiri. Kita merasa ceritanya akan lebih hebat dari yang disampaikan orang itu, hingga membuat tak sabar.

Akan tetapi, tunggulah teman bicaramu selesai dulu, baru kamu sambung. Kebanyakan orang, langsung menghajar topik yang ingin ditanggapi tanpa mempertimbangkan perasaan yang sedang berbicara.

Hal ini sebenarnya tidak sulit. Kamu hanya cukup menekan ego untuk menjadi lebih baik dari orang lain. Ego itu merong-rong dirimu untuk lekas mengungkapkan segala yang ada dalam kepala. Bersabarlah, giliranmu pasti akan tiba.

Jangan Menjustifikasi

Adakalanya, diam itu adalah emas. Mulut kita merupakan lubang dosa terbesar. Seringan berujar, semudah itu pula dosa mengalir hanya dengan sebuah kata yang tanpa sengaja dikatakan.

Karena itu berhati-hatilah dalam berucap. Diam lebih baik daripada kamu banyak bicara tanpa makna. Lebih menakutkan lagi kalau kamu menyakiti hati orang lain dengan lontaranmu, menjustifikasinya dengan hal yang tidak benar.

Terkadang, orang lain bercerita bukan untuk mendapat solusi. Mereka hanya ingin berkeluh kesah. Benak sudah penuh dengan beragam masalah. Kamu tak perlu menambah. Diam dan dengarkan. Kalau dia butuh saran, tentu nanti akan memintanya.

Beri Tanggapan yang Baik

Berilah tanggapan positif. Kedengarannya hal ini memang mudah, tapi nyatanya sulit sekali. Kita tidak tahu seberapa toleran orang lain terhadap berbagai macam respon yang mungkin akan diberikan. Saya sendiri masih belajar untuk bisa memberi timbal balik yang baik.

Kadang, tanggapan yang realistis dan logis tak dapat diterima begitu saja. Orang lebih suka ditenangkan dengan kalimat positif. Pahamilah tipe lawan bicaramu, kemudian simpulkanlah akan seperti apa jenis tanggapan yang sesuai dan tidak menyakiti hati.

Jadilah Pribadi yang Peka

Perhatikanlah gestur lawan bicaramu. Lisan memang bisa berbohong, tapi bahasa tubuh tidak. Bacalah gerak-geriknya, jangan hanya mendengarkannya saja. Bacalah hatinya lewat tatapan mata, ekspresi wajah, gerakan tangan, kaki, bahkan pundak sekalipun.

Hal tersebut juga berlaku untuk komunikasi melalui telepon. Desahan napas, nada bicara, helaan napas, sampai suara tawa atau tangis bisa dijadikan tanda-tanda tentang perasaan sesungguhnya dari lawan bicara.

Jadilah peka dimulai dengan memperhatikan hal-hal kecil seperti itu.

Mulai sekarang, jangan hanya jadi pembicara ulung, tetapi juga pendengar yang baik. Karena untuk mendengarkan terdapat aspek-aspek yang mesti diperhatikan. Apabila salah ucap bisa membuat orang lain sakit hati, menjadi pendengar yang buruk akan menimbulkan efek yang sama.

Yuk, mulai sekarang mulai belajar mendengarkan.

Referensi:

https://lifestyle.okezone.com

8 comments found

  1. Terkadang orang lebih sibuk memikirkan apa yang ingin mereka komentari atau balas ketimbang mendengarkan apa isi pesan dari orang lain. Mungkin juga saya seperti itu, terlebih lagi kalau semisal hanya punya waktu sedikit. #areminder

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: