[Review] Alhamdulillah, Aku Diuji – Fitri Handayani
Dalam dunia pendidikan, ujian dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa sekaligus menjadi pertimbangan apakah siswa tersebut dapat naik ditingkat selanjutnya atau tidak. Dalam Islam, fungsi ujian pun sama. Ujian dari Allah bertujuan untuk menguji akan kesetiaan hambaNya sekaligus menaikan menaikan level keimanan di hadapanNya. Seperti yang dituliskan dalam sampul buku ini, ujian datang untuk menguatkan, bukan melemahkan.
Seluruh manusia di dunia akan diuji dengan berbagai cobaan. Siap atau tidak, ujian itu akan datang menghampiri. Ujian datang tidak hanya berbentuk kesusahan, kesulitan, dan penderitaan, tetapi juga kesenangan. Banyak manusia yang kurang menyadari hal ini. Awalnya, Allah akan menguji hambanya lewat pintu kesenangan. Apabila gagal dan malah menjadi manusia yang kufur nikmat, Allah akan mengujinya lewat pintu masalah. Melalui masalah, manusia akan tersadar bahwa satu-satunya sandaran dan tempat mengadu adalah Allah (hal 3-4).
Namun, pada zaman sekarang banyak orang yang lebih senang mengadukan semua masalahnya melalui sosial media. Semua masalah diumbar begitu saja sehingga orang-orang yang tidak berkepentingan dapat mengetahuinya. Padahal, dengan mengumbar hal itu, solusi dan tanggapan baik tidak serta merta didapatkan. Justru ada yang dengan berani memberikan respon buruk, dan malah membuat si pemilik masalah semakin terpuruk. Mereka lupa bahwa ada Dzat yang mampu memberikan ketenangan dan solusi lebih dari sekadar sosial media.
Ketika ujian itu datang dengan tiba-tiba, seringkali manusia berprasangka buruk pada Allah dan mempertanyakan segalanya. Padahal, sebenarnya Allah lebih banyak memberikan nikmat daripada ujian (hal 108). Manusia lupa bersyukur dan hanyut dalam kenikmatan yang diberikan. Kemudian, bila nikmat tersebut dicabut, manusia akan mengeluhkan bahwa Allah tidak menyayanginya. Buruknya, hal itu berujung dengan munculnya sikap putus asa.
Banyak contoh manusia yang putus asa dalam menghadapi cobaan. Mereka mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah itu dengan mengakhiri hidupnya. Padahal, mati bukanlah solusi dari masalah yang dihadapi. Hal itu justru akan menimbulkan masalah baru yang semakin berat. Manusia yang seperti itu, tidak mengetahui hakikat diberikannya cobaan. Untuk itu, memahami alasan Allah memberikan ujian menjadi satu hal penting untuk dilakukan. Uraiannya dituliskan dengan rinci dalam buku ini.
Allah menguji hambanya bukan karena benci, tapi justru karena sayang. Ketika manusia berada jalur yang salah, Tuhan akan mengingatkan dengan cara memberi sentilan berupa ujian. Lagi pula, Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak mampu diemban hambanya. Semua diberikan tepat pada porsinya. Untuk menghadapi ujian, kuncinya adalah sabar. Ujian tanpa kesabaran adalah sia-sia (hal 116). Setelah cobaan itu diberikan, maka akan nampak sikap manusia dalam menghadapinya. Ada yang semakin dekat pada Allah dan menjadi pribadi yang lebih kuat dan tegar. Namun, ada pula yang malah menjauh dari Allah (hal 117).
Penjelasan dalam buku ini mudah dipahami, karena disampaikan dengan runtut dan sistematis. Mulai dari hakikat ujian, hingga kiat-kiat untuk menghadapinya. Hal itu didukung dengan gaya bahasa yang tidak kaku, sehingga mudah diikuti. Dituliskan pula kisah nyata dari orang yang pernah menghadapi ujian yang cukup berat, sehingga pembaca dapat mengambil hikmah dan belajar dari kisah tersebut.
Seperti gambar sampulnya, buku ini sangat menarik. Di dalam buku diberikan ilustrasi-ilustrasi lucu yang berisi kata-kata motivasi agar tetap teguh dalam menghadapi ujian. Bagi anak muda, adanya ilustrasi ini dapat menjadi salah satu daya tarik.
Judul : Alhamdulillah, Aku Diuji
Penulis : Fitri Handayani
Cetakan : Pertama, 2018
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 188 halaman
ISBN : 978-602-03-8340-8