[Review] 100 Hari Melihat Diri; Diskon 60 Hari – Mprop Picoez al-Jingini: Refleksi Diri tentang Kehidupan
“Sombong yang sesungguhnya itu adalah saat dirimu merasa mampu, tapi hanya kau simpan dalam hati, seolah-olah kamu itu rendah hati. Biar tampak tawaduk.” (hal 22)
Manusia adalah makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak. Bahkan dalam setiap kebaikan yang dilakukan, terkadang ada setitik kesilapan yang terselip di dalamnya. Buku ini akan mengajak kita untuk merenungkan dan menilik kembali seluruh niat dalam bersikap. Seringkali perilaku kita tak sepenuhnya bersumber dari nurani, tetapi hanya menjadi usaha pemenuhan ego duniawi saja.
Narasi yang disampaikan, dibagi menjadi 40 bagian. Setiap fragmen menceritakan berbagai permasalahan hidup secara umum, yakni seputar harapan, pencapaian, kehilangan, kekecewaan, dan yang lain. Uniknya, hal itu disampaikan dengan konsep obrolan penulis dengan tanaman yang menciptakan dialog sarat makna, dan berisi sentilan untuk manusia masa kini yang terkadang diperbudak oleh gengsi.
Salah satu problem menarik yang diangkat adalah kesulitan membayar cicilan. Tak dinyana, hal tersebut dapat timbul dari keinginan duniawi yang menuntut untuk dipenuhi. Oleh tanaman yang ada di pekarangan rumah, penulis diajak berdialog untuk merunut perkara itu sampai akar. Perbincangan diselimuti berbagai emosi, masing-masing bersikukuh bahwa yang dilakukan dan dikatakan adalah kebenaran. Obrolan lantas menghasilkan konklusi perihal alasan yang melandasi keputusan tersebut.
Ternyata, dalangnya ialah perasaan tidak enak pada rekan yang membutuhkan pekerjaan. Lowongan kerja yang tak pernah direncanakan, dalam sekejap dibuat dan ditawarkan. Demi membantu sesama, ia terpaksa mengajukan pinjaman, yang berbuntut pada kesulitan pelunasan kredit. Berbuat atas nama kebaikan, lalu mendapat pujian. Memampu-mampukan diri, meskipun sebenarnya tidak mampu. Sekarang, tinggal rasakan saja harga yang harus dibayar karena ingin mendapat pujian atas nama rasa tak tega (hal 38).
Kisah tersebut membawa pesan yang penting untuk dipahami, bahwa perbuatan baik tidak hanya membutuhkan rasa, tetapi juga rasio atau akal. Jika manusia menjalankan hidupnya hanya dengan rasa, sesungguhnya ia tak pernah menjadi dirinya, bahkan bisa jadi ia mendzalimi diri sendiri dengan berbagai atas nama (hal 42). Membantu sesama adalah hal terpuji, tetapi apabila dilandasi dengan niat yang keliru, buahnya tak sepenuhnya manis.
Buku ini menyimpan banyak nasihat lain tentang problem yang sangat relevan dengan masa kini. Meskipun kadang bertensi tinggi, pesannya lebih banyak disampaikan dengan guyonan ringan yang menyenangkan. Buku yang menggunakan gaya becerita refleksi ini mengajak pembaca untuk senantiasa mengevaluasi diri, sehingga dapat menjadi manusia yang lebih bijak dalam bersikap dan merespon berbagai masalah hidup.
Judul : 100 Hari Melihat Diri; Diskon 60 Hari
Penulis : Mprop Picoez al-Jingini
Cetakan : Pertama, Mei 2020
Penerbit : Diva Press
Halaman : 239 halaman
ISBN : 978-602-391-975-8
Resensi ini telah dimuat di Kedaulatan Rakyat pada hari Selasa, 15 September 2020