[Review] Sister Fillah, You’ll Never be Alone – Kalis Mardiasih: Potret Perempuan dalam Dunia Patriarki
Emansipasi wanita telah lama digaungkan oleh Kartini. Berkat beliau, kaum hawa dapat mencicipi manisnya kesetaraan perlakuan antara laki-laki dan perempuan yang telah lama diimpikan. Kepemilikan hak yang sangat timpang antara keduanya sedikit demi sedikit mulai terkikis. Akses pada pendidikan, karier, dan aspek lainnya menjadi semakin luas, hingga dapat meningkatkan kualitas kaum hawa yang notabene menjadi madrasah pertama bagi anaknya.
Namun, apabila ditelisik lebih jauh, banyak wanita yang masih merasakan diskriminasi berbasis gender. Dalam buku ini, Kalis merangkumnya menjadi lima poin, yakni marginalisasi, subordinasi, stigmatisasi, kekerasan, dan beban ganda (hal 50). Meskipun sering dinafikan, nyatanya perkara tersebut sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh sederhananya adalah wanita bekerja memiliki peran untuk mengurus rumah tangga, melahirkan, serta menyusui. Beban yang ditanggungnya menjadi ganda, yakni reproduktif dan produktif, yang sering dianggap biasa, karena hal tersebut memang seharusnya menjadi tanggung jawab wanita (hal 53). Kekerasan fisik dan seksual juga tak jarang terjadi akibat perasaan dominan laki-laki, serta anggapan bahwa wanita merupakan makhluk lemah yang tidak berani melawan.
Kalis mengurai fenomena yang sederhana dan akrab dijumpai itu menjadi sebuah isu penting. Bahwa dalam beberapa sisi kehidupan, kesenjangan status gender di masyarakat masih terjadi, terutama pada mereka yang masih memiliki pola pikir konservatif. Selama ini, bahasan mengenai kaum hawa tak jauh dari aurat yang harusnya ditutup. Padahal dibalik itu ada topik lain yang lebih penting dan kontekstual.
Salah satunya adalah sorotan ihwal pernikahan dini. Sebanyak 14,18% perempuan yang telah menikah di Indonesia, berusia di bawah 16 tahun. Penyebabnya adalah pemahaman bahwa posisi wanita tidak lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga menjadi suatu yang wajar apabila tidak disekolahkan tinggi, karena nantinya akan dinafkahi oleh suami. Selain itu, kurangnya pengetahuan turut menjadi andil terjadinya hal tersebut.
Oleh karena itu, buku ini juga menekankan pentingnya pendidikan seks. Perempuan harus mengenali organ reproduksinya sejak dini agar sadar terhadap risiko lebih awal. Misalnya saja kehamilan di usia muda sangat berisiko pada kesehatan ibu dan bayi. Dengan memiliki pengetahuan tersebut, diharapkan kaum hawa dapat lebih berhati-hati dan tidak main-main dengan pernikahan (hal 67).
Buku ini terasa sangat personal, seolah menyuarakan isi hati terdalam wanita yang selama ini tertahan untuk disuarakan, apalagi dalam kungkungan dunia patriarki. Tanggung jawab perempuan untuk menjadi diri sendiri sudah terlalu padat. Jika single dan bekerja, dikatai tak laku-laku dan terlalu mementingkan dunia. Jika menikah dan belum dikaruniai keturunan, disebut tak subur dan tak sempurna. Jika menikah lalu bercerai, dianggap sebagai perempuan yang tidak bisa menurut atau mengalah (hal 116). Melihat padatnya tanggung jawab tersebut, sudah sepantasnya sesama perempuan untuk saling mendukung dan membantu dalam segala situasi.
Judul : Sister Fillah, You’ll Never be Alone
Penulis : Kalis Mardiasih
Cetakan : Pertama, April 2020
Penerbit : Qanita
Halaman : 126 halaman
ISBN : 978-602-402-177-1
Resensi ini telah dimuat di Tribun Jateng pada hari Minggu, 28 Juni 2020