[Review] The Case We Met – Flazia: Intrik dalam Kasus Malapraktik

[Review] The Case We Met – Flazia: Intrik dalam Kasus Malapraktik

Melihat situasi saat ini, peran tenaga medis sangat krusial. Para dokter berjuang menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa pasien di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, sekarang banyak dokter yang mulai berguguran saat berjuang di garda terdepan. Namun, tidak selamanya profesi ini mendapat sanjungan. Adakalanya, masyarakat justru mengkritik dan membawa permasalahan yang tak usai di rumah sakit ke ranah hukum.

Fenomena itulah yang diangkat dalam novel berlabel metropop ini. Natan, seorang dokter anestesi dituntut oleh keluarga pasien karena dianggap melakukan malapraktik. Pembiusan yang dilakukannya dituduh tidak sesuai prosedur, sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia. Tuntutan itu membuat Natan meminta Rehan, sahabat sekaligus pengacara andal untuk membelanya di meja hijau. Pria itu yakin bahwa seluruh tindakannya sudah sesuai dengan standar penanganan dan hasil riset terdahulu.

Kasus yang menimpa Natan ini tidak main-main, sehingga Rehan meminta bantuan adiknya, Dita, untuk ikut terjun. Perempuan itu sudah memiliki banyak pengalaman dalam menangani kasus malapraktik. Dalam kasus terakhirnya di Amerika, wanita yang kerap disebut Red Riding Hijab itu berhasil menjebloskan seorang dokter ke penjara karena terbukti sengaja ‘membunuh’ pasien-pasiennya.

Persidangan dipenuhi dengan berbagai intrik yang menarik. Jaksa dan pengacara berlomba menghadirkan saksi untuk menguatkan tuntutan dan pembelaan mereka. Novel ini sukses menghadirkan suasana persidangan yang alot dan menegangkan. Yang membuatnya semakin menarik, ada secuil permasalahan pribadi yang terlibat, sehingga jalannya persidangan sarat akan emosi.

Buku ini menghadirkan nafas baru dalam novel metropop. Apabila biasanya metropop sangat khas dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang bebas, maka dalam kisah ini Flazia memberikan cukup banyak sentuhan religi. Prinsip keislaman yang kini semakin luntur, kembali dihadirkan. Salah satunya adalah narasi yang menjelaskan bahwa Dita enggan bersentuhan dengan lelaki yang bukan mahramnya (hal 141).

Disajikan dengan gaya bercerita yang renyah dan nyaman untuk diikuti, novel ini diharapkan dapat menjadi pengingat tentang hal-hal yang kini mulai keliru, terutama tentang Islam. Bahwa Islam bukan teroris. Orang-orang muslim yang tidak terlalu mendalami agamanya sendirilah yang akan memahami jihad dengan cara yang salah (hal 72).

Berbagai istilah medis berkali-kali disebut dalam novel setebal 440 halaman ini. Penulis yang berprofesi sebagai dokter, menjelaskan semua itu dengan analogi dan bahasa sederhana serta mudah dipahami awam. Kasus yang diambil sebagai konflik utama juga tidak terkesan mengada-ada, tak jarang terjadi dalam dunia medis sesungguhnya. Pembaca menjadi mudah larut dalam cerita yang mengambil latar di Amerika dan Yogyakarta itu.

Novel ini membawa banyak pesan, seperti tentang ibadah pada Tuhan, jodoh, pernikahan, cara bersikap sesuai adab, dan takdir. Penulis juga menyingung seputar orang-orang yang memiliki banyak pengikut di akun media sosial. Bahwa hendaknya pesohor berhati-hati dalam menyikapi suatu hal, karena akan memberi dampak besar bagi pengikutnya. Hal itu ditunjukan oleh Dita dengan memilih menggunakan akun media sosialnya yang berpengikut ratusan ribu itu untuk berdakwah dan membagikan ilmu dasar tentang hukum (hal 136).

Tak hanya itu, buku juga menyentil tentang perempuan yang terjebak dalam dunia patriarki. Dita yang seorang perempuan independen, menolak untuk dikekang kebebasannya oleh laki-laki yang datang melamar. Wanita memiliki hak untuk berkembang, sama seperti laki-laki, sehingga dapat berdiri di kaki sendiri. “Suami harus bisa menguatkan, bukannya malah mendorong istri menjadi lemah dan akhirnya menjadi istri tak berdaya yang terus bergantung pada suami” (hal 275).

Novel yang memadukan dunia medis dan hukum ini memberikan motivasi, ilmu, dan pesan kehidupan pada pembaca. Buku ini diharapkan dapat menjadi pionir metropop dengan nafas religi yang tidak berlebihan, tetapi tetap nyaman untuk dinikmati.

Judul                           : The Case We Met

Penulis                        : Flazia

Cetakan                      : Pertama, 2020

Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama

Halaman                     : 440 halaman

ISBN                           : 978-602-06-3650-4

Resensi ini telah dimuat di koran Jawa Pos Radar Madura pada hari Jumat, 1 Mei 2020

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: