[Review] Maryam – Okky Madasari (2012)
“Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan.”
Novel ini adalah novel kritik sosial pertama yang saya baca. Bercerita tentang Maryam, si cantik, cerdas, dan berani, serta sulitnya hidup sebagai seorang Ahmadiyah. Dalam novel ini, Ahmadiyah dianggap sesat oleh semua orang. Pun dengan masyarakat Lombok sekitar tempat tinggal Maryam.
Singkat cerita, Maryam diterima kuliah di Surabaya. Di sana, ia tinggal bersama pasangan Ahmadiyah, teman ayahnya. Kegiatan kaum Ahmadiyah di Surabaya tak jauh beda dengan Ahmadiyah di Lombok. Salat di masjid tertentu, pengajian rutin sekali seminggu. Semua dilakukan Maryam sepenuh hati. Apalagi ketika ia kenal dengan Gamal, lelaki Ahmadi yang selalu ia temui di pengajian. Ia jatuh cinta pada Gamal.
Akan tetapi, Maryam patah hati ketika mendengar kabar Gamal kabur dan menganggap Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Hatinya hancur. Ia pun menata kembali hatinya hingga lulus kuliah dan diterima kerja di Jakarta.
Di Jakarta, ia bertemu Alam. Pria itu mampu membuatnya melupakan kenangan tentang Gamal. Ia pun berhubungan dengannya. Hari berganti hari, mereka memutuskan menikah.
Tapi niat itu tak berjalan mulus. Ibu Alam tidak setuju bila Maryam masih menjadi Ahmadiyah. Pun dengan orang tua Maryam yang hanya ingin menantunya berasal dari orang Ahmadiyah. Karena Maryam tak mau kehilangan lelaki yang dicintai untuk yang kedua kalinya, ia pun memilih meninggalkan orang tuanya dan menjadi Islam seperti mayoritas orang.
Menikah dengan Alam, tak membuat Maryam bahagia begitu saja. Ia selalu mendapat tekanan dari mertuanya dan juga tuduhan yang sering melukai hatinya. Suaminya bahkan tak memihak padanya. Ia memutuskan bercerai dan kembali ke Lombok.
Ia rindu dengan orang tuanya. Namun saat kembali ke Lombok, ia malah menemukan kenyataan yang membuatnya tertohok. Ia menyesal dan merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Keluarganya dan seluruh umat Ahmadiyah di Lombok telah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Diusir, dikucilkan, dan dianggap najis yang patut dimusnahkan.
Novel ini merupakan gambaran nyata betapa tak berdayanya kaum minoritas. Hukum tak mampu membela mereka. Bahkan ketika hak mereka direnggut dan nyawa mereka dicabut. Pemerintah seolah hanya mampu melihat, tak kuasa membendung keinginan dari kaum mayoritas. Pemerintah tidak mampu memberikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak dan terkesan tak peduli dengan keadaan si minoritas.
Dengan membaca buku ini, saya jadi tau persis betapa sulit menjadi kaum minoritas. Tak peduli sebaik apapun kita, bila menjadi minoritas (apalagi dianggap melenceng dari aturan umum) semua seakan dipersulit. Bahkan perkara pokok sebagai manusia, seperti tempat tinggal dan makan.
Dalam novel ini, saya merasa bahwa mereka (kaum Ahmadiyah) sangat menderita. Awalnya mereka hidup normal, bersosialisasi, dan beramah tamah dengan tetangga. Tapi karena mereka Ahmadiyah (yang dianggap sebagai ajaran sesat) ditambah dengan adanya provokator, kehidupan mereka tak lagi tentram.
Novel ini sangat relevan dengan kehidupan berbangsa di Indonesia. Semua masalah yang dikemukakan memang secara nyata terjadi. Meskipun dengan subyek dan obyek yang berbeda. Diceritakan secara apik, dengan bahasa yang ringan dan mudah diikuti.
Namun saya masih kurang paham tentang apa itu Ahmadiyah. Alasan kemunculan aliran itu tidak diceritakan secara detail. Dalam novel ini hanya diceritakan bahwa lukisan sosok junjungan dalam kepercayaan mereka, ditempel di dinding rumah. Saya pikir, akan lebih baik bila penulis menuliskannya lebih detail, agar saya yang awam ini mampu memahami apa yang mereka percayai dan kenapa itu ditentang.
Novel ini wajib dibaca. Agar kita paham dan ikut merasakan betapa sulitnya jadi minoritas. Novel ini juga dapat sebagai ‘penyentil’ bagi kita yang belum sepenuhnya toleran dan belum menyikapi perbedaan dengan bijaksana. Novel ini bisa membuka mata kita tentang masalah yang nyata terjadi di negeri ini.
Sekian review dari saya. Terima kasih sudah membaca
Judul : Maryam
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 200
*Review ini pernah dipublikasikan di blog lama saya pada tanggal 25 Agustus 2017