[Resensi] Lo Ngerti Siapa Gue: Membangun Personal Branding Melalui Media Sosial
Nama Gita Savitri Devi dan Karin Novilda pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Mereka adalah contoh anak muda yang sukses memanfaatkan media sosial dengan maksimal. Kini, dengan akun yang sekarang sudah diikuti lebih dari 800 ribu orang, kedua perempuan itu berhasil membangun dan mengembangkan karir. Kesuksesan itu wajib ditiru para pengguna media sosial yang lain.
Gita dan Karin memiliki persamaan tentang sesuatu yang membuat mereka sukses, yakni mampu membangun personal branding melalui media sosial. Keduanya berhasil menciptakan kesan kuat yang membuat orang lain tidak mudah melupakannya serta menaruh kepercayaan pada mereka (hal 44). Pada era digital seperti sekarang, banyak orang yang memiliki media sosial, tapi jarang yang dapat menciptakan kesan kuat. Banyak yang belum menyadari bahwa media sosial dapat mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan ketika sudah memiliki “brand” sendiri. Keuntungan yang didapat tidak semata-mata berbentuk materi, tetapi bisa juga dengan meluasnya network. Karena itu, sangat penting untuk membangun personal branding.
Buku ini menguraikan langkah untuk membangun personal branding melalui media sosial. Penjelasannya ditulis berdasar pengalaman Sophia Mega, milenial yang berhasil membentuk “brand”-nya melalui media sosial. Ia sudah memulai langkahnya sejak masih SMP. Sophia harus melalui perjalanan selama 10 tahun untuk mencoba berbagai hal hingga menemukan sesuatu yang benar-benar ingin dilakukannya. Banyak proses yang dilaluinya untuk menjadi seperti sekarang. Kini, banyak orang yang mengenalinya dan mengajak kerjasama.
Menurut Sophia, pada dasarnya setiap orang sudah memiliki personal branding masing-masing. Yang membedakan adalah kuat dan lemahnya kesan pada orang lain (hal 35). Membentuk kesan yang kuat menjadi penting untuk menciptakan rasa percaya. Hal itu dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah lewat media sosial. Namun, tidak semua orang berhasil membentuk personal branding di sana. Ada dua alasan yang melatarbelakanginya. Pertama, orang itu tidak sepenuhnya mengenali diri sendiri dan tidak tahu potensinya. Kedua, ada banyak hal yang dilupakan saat menggunakan media sosial (hal 33).
Alasan pertama ini sangat krusial. Ketika seseorang tidak mengenali dirinya sendiri, maka akan sulit untuk mengembangkan potensi. Malah, mereka akan terobsesi untuk meniru hal yang dilakukan oleh orang lain. Padahal, tidak jarang yang dilakukan itu sangat bertolak belakang dengan dirinya, sehingga malah terkesan memaksakan diri.
Buku ini mengingatkan pengguna media sosial agar tidak sibuk menjiplak hal-hal yang dilakukan orang lain, tapi melupakan bagian terpenting, yakni mengenali diri sendiri dan memaksimalkannya (hal 46). Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah memikirkan kebermanfaatan konten yang akan dibagikan dan fokus untuk mengenali diri sendiri. Ketika sudah mengetahui ciri khas diri, maka akan tercipta konten yang berbeda dan original.
Buku setebal 164 halaman ini terasa sangat relevan dengan kehidupan nyata, karena banyak orang yang kini menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial. Gaya bahasa yang digunakan cukup luwes, sehingga sangat cocok untuk dibaca milenial. Uraiannya seringkali dikaitkan dengan perjalanan hidup Sophia Mega. Hal itu membuat pembaca mendapatkan sebuah pengalaman yang nyata, bukan sekadar teori saja. Selain itu, dipaparkan juga data-data pendukung yang membuat pembaca menjadi lebih mudah memahami maksud penulis.
Yang terpenting, buku ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan kembali tentang kejujuran dalam menggunakan media sosial. Karena banyak dari penggunanya yang berusaha keras untuk menghasilkan konten yang apik tanpa menghiraukan kemampuan dan keinginan diri. Satu yang harus diingat adalah membangun personal branding lewat media sosial membutuhkan kejujuran pada diri sendiri (hal 59).
Judul : Lo Ngerti Siapa Gue
Penulis : Sophia Mega
Cetakan : Pertama, 2019
Penerbit : Metagraf
Halaman : 164 halaman
ISBN : 978-623-7013-74-7
Resensi ini telah dimuat di Koran Jakarta pada hari Senin, 25 Maret 2019
3 comments found