
Pernahkah kamu berjuang sebegitu kerasnya untuk meraih mimpi? Ah, atau saat ini kamu sedang berada di fase ini? Tetap semangat untuk meraihnya yaa. Mungkin kisah Gita juga menggambarkan betapa kamu
Pernahkah kamu berjuang sebegitu kerasnya untuk meraih mimpi? Ah, atau saat ini kamu sedang berada di fase ini? Tetap semangat untuk meraihnya yaa. Mungkin kisah Gita juga menggambarkan betapa kamu
Aku kembali ke pangkuan orang tuaku setelah empat tahun menimba ilmu di pulau seberang. Semua menyambutku dengan suka cita. Pesta tiga hari tiga malam digelar. Mamakku masak besar. Para tetangga
“Bagaimana nasibku setelah ini? Semoga Gusti masih memberi rezeki.” Samar-samar kudengar gumam seorang pria tua yang baru saja keluar dari ruang ujian. Wajahnya lesu, matanya redup menahan kecewa. Tangannya yang
Warga kampung berbondong-bondong menuju rumah Mbah Harjo. Baru saja, ia berpulang setelah menderita sakit selama beberapa bulan belakangan. Awalnya, tak ada yang menyadari kematian kakek berusia 86 tahun itu. Pasalnya
Aroma bensin dan api masih menyengat dari sudut Gang Nakula. Pun dengan hawa panas, akumulasi emosi dari manusia yang bertindak seperti orang paling suci. Saksi bisu kejadian beberapa hari lalu
“Saya tidak terima Bapak menjewer anak saya!” Seketika suasana ruang kepala sekolah menjadi tegang. Aku tak berani membuka mulut. Ibu kepala sekolah yang sangat ditakuti para murid, hanya membisu. Sejak
“Aku sedang buru-buru, Dek. Acaranya sudah mau mulai. Bisa nggak sih kamu serius sebentar?” Kina mulai kehilangan kesabaran saat menghadapi adik kelas di depannya. Satu hal yang membuat perempuan itu
“Bisa kok, Mbak. Nanti Mbak Wulan tinggal nitip saja.” Senyum itu kembali terkembang. Senyum lebar yang begitu tampak begitu tulus. Perempuan itu kembali menata berbagai jajanan di kantin kejujuran dengan
“Sst, itu ada Rangga.” Mataku mengikuti arah telunjuk Hana, sahabatku. Telunjuk itu membawaku pada seorang mahasiswa angkatan kami yang membantu seorang dosen laki-laki yang sepertinya tengah sakit stroke untuk berjalan.